Kamis 16 May 2013 17:37 WIB

Penurunan Impor Sebabkan Penyusutan Defisit Transaksi Berjalan

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Ekspor-impor (ilustrasi)
Ekspor-impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mensinyalir impor yang lebih rendah menyebabkan defisit transaksi berjalan mengalami penurunan. Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI), defisit transaksi berjalan menyusut menjadi 5,3 miliar dolar AS atau 2,4 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dari defisit 7,6 miliar dolar AS atau 3,5 persen dari (PDB) pada triwulan sebelumnya.

Kepala BKPM, Chatib Basri, mengatakan penurunan barang impor yang lebih rendah sejalan dengan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang melambat. Chatib melihat defisit yang mengecil memiliki hal yang positif. Investasi asing langsung (FDI) neraca modal meningkat secara year on year dari kuartal I-2012 walaupun lebih rendah dari kuartal IV-2012. sebelumnya.

"Kalau dilihat dari neraca modal, FDI sekitar 3 persen dibandingkan dengan kuartal I-2012 yang 1,7 persen itu masih lebih besar. Walaupun lebih rendah dibandingkan kuartal IV-2012, FDI di kuartal I-2013 masih lebih tinggi dari tahun lalu," ujar Chatib yang ditemui usai usai seminar Citi Indonesia bertajuk '13th Annual Citi Indonesia Economic and Political Outlook Seminar: Pre Election Landscape: Challenges and Opportunities' di Jakarta, Kamis (16/5).

Menurutnya, tren investasi ada kecenderungan sedikit melambat dibandingkan kuartal IV-2012, tetapi masih lebih kuat dibandingkan kuartal I-2012. Implikasinya adalah pertumbuhan ekonomi tidak seperti yang diperkirakan oleh pemerintah sebesar 6,4 persen. "Makanya pemerintah merevisi pertumbuhannya menjadi 6,2 persen. Tapi saya melihat masih ada harapan karena FDI yang lebih tinggi dibandingkan kuartal I-2012," ujar Chatib.

Direktur Eksekutif Departemen Hubungan Masyarakat BI, Difi Johansyah, mengatakan perbaikan defisit transaksi berjalan bersumber dari meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas dan berkurangnya defisit neraca jasa dan neraca pendapatan. "Kinerja ekspor nonmigas sudah mulai membaik mengikuti pertumbuhan volume perdagangan dunia yang meningkat. Namun, secara nominal masih tumbuh negatif akibat harga komoditas ekspor yang masih mengalami penurunan," terang Difi.

Neraca perdagangan nonmigas mampu mengalami kenaikan surplus karena impor turun lebih tajam daripada ekspor. Penurunan impor nonmigas adalah dampak dari perlambatan konsumsi dan investasi domestik yang tercermin dari menurunnya impor barang-barang konsumsi dan barang-barang modal.

Sementara itu, penurunan defisit neraca jasa disebabkan oleh berkurangnya pengeluaran jasa transportasi yang disebabkan oleh turunnya impor nonmigas. Penurunan defisit neraca ajasa juga disebabkan oleh berkurangnya pengeluaran jasa travel yang disebabkan oleh turunnya jumlah penduduk Indonesia yang bepergian ke luar negeri pasca berakhirnya musim haji dan masa liburan akhir tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement