Kamis 02 May 2013 13:59 WIB

RI-Tatarstan Perkuat Kerja Sama Sektor Energi dan Industri

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
Hatta Rajasa
Foto: Antara
Hatta Rajasa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Republik Indonesia (RI) dan Pemerintah Republik Tatarstan sepakat untuk mempererat kerja sama di bidang ekonomi, khususnya di sektor energi dan industri. Kesepakatan ini tertuang dalam pertemuan antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Hatta Rajasa dengan Presiden Republik Tatarstan Rustam Minnikhanov di kantor Kemenko Perekononomian RI, Jakarta, Kamis (2/5).

Hatta menjelaskan, Tatarstan merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam seperti minyak bumi, batu bumi dan lain-lain. Sementara dari sisi industri, Tatarstan memiliki keunggulan pada industri petrokimia dan perakitan mesin. "Beberapa usulan kerja sama yang lebih erat akan dikembangkan lebih jauh," tutur Hatta.

Menurut Hatta, pengembangan energi dari minyak bumi akan dilakukan di tingkat hulu dan hilir. Sedangkan pengembangan produk-produk industri seperti mesin, peralatan transportasi dan kimia yang menjadi prioritas.

Lebih lanjut, Hatta mengatakan Indonesia mengusulkan industri dari Tatarstan untuk mempertimbangkan pembukaan kantor regional di Indonesia. Alasannya untuk mengoptimalkan pasal Indonesia yang sedang berkembang untuk peralatan industri, infrastruktur serta sektor-sektor yang terkait dengan pertambangan dan energi. Kemudian, memanfaatkan Indonesia sebagai penghubung untuk memasuki pasar di negara-negara ASEAN. "Ini selaras dengan tujuan untuk menciptakan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015," ujarnya.

Berdasarkan data dari Kedeputian Koordinasi Kerjasama Ekonomi dan Internasional Kemenko Perekonomian, total perdagangan Indonesia dengan Federasi Rusia secara keseluruhan meningkat dua kali lipat dalam lima tahun terakhir. Pada 2008, total perdagangan kedua negara sebesar 1,66 miliar dolar AS (Rp 16,1 triliun). Kemudian pada 2012 total perdagangan kedua negara meningkat menjadi 3,37 miliar dolar AS (Rp 32,75 triliun). 

Neraca perdagangan juga menunjukkan peningkatan yang signifikan dari 900 juta dolar AS (Rp 8,75 triliun) menjadi 1,64 miliar dolar AS (Rp 15,94 triliun). Hatta mengharapkan hubungan dagang antar kedua negara akan terus menguat ke depannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement