REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengatakan kompensasi bagi masyarakat miskin perlu menjadi prioritas untuk menghadapi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
"Kekhawatiran utama terhadap kenaikan harga BBM adalah naiknya inflasi, sehingga menurunkan daya beli masyarakat, terutama golongan miskin. Peningkatan kompensasi harus dilakukan," kata Wijayanto Samirin di Jakarta, Rabu (1/5).
Direktur Pelaksana Paramadina Public Policy Institute itu mengatakan untuk mempersiapkan masyarakat miskin menghadapi kenaikan harga BBM bersubsidi, selain bantuan langsung tunai (BLT) dan program beras miskin (raskin), sekolah dan kesehatan murah juga perlu diupayakan.
Saat ditanya kenaikan harga BBM bersubsidi yang diperkirakan Juni atau Juli, dan bertepatan dengan inflasi musiman saat tahun ajaran baru sekolah serta menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, Wijayanto mengatakan waktu tidak terlalu krusial. "Lebih cepat memang lebih baik. Namun, waktu tidak terlalu krusialselama berbagai program pemerintah bagi masyarakat miskin sudah siap," tuturnya.