Selasa 23 Apr 2013 21:58 WIB

Kredit Bermasalah BPD Naik, Main di Luar Provinsi

Rep: Satya Festiani/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
BPD Kaltim
BPD Kaltim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Data statistik Bank Indonesia (BI) per Februari 2013 mengenai kinerja Bank Pembangunan Daerah (BPD) pada kuartal I 2013 menunjukan rasio kredit bermasalah mengalami pelonjakan. Rasio melonjak naik 53 basis poin menjadi 2,59 persen dari 1,96 persen pada periode yang sama tahun lalu saat bank umum mengalami penurunan.

Kredit investasi menjadi penyumbang terbesar kenaikan non performing loan (NPL), yakni dari 2,67 persen menjadi 5,87 persen. Kenaikan NPL juga dipicu oleh kredit modal kerja dari 6,62 persen menjadi 7,94 persen.

Kenaikan rasio kredit bermasalah terjadi di hampir eluruh segmen lapangan usaha BPD. Kredit macet tertinggi terjadi pada kredit kontruksi sebesar 12,08 persen, kredit pertanian dan perburuan sebesar 7,09 persen dan kredit pedagang besar dan eceran sebesar 5,61 persen.

Berdasarkan penggunaan kredit pada pihak ketiga, BPD mengalami kenaikan kredit bermasalah pada segmen impor dan ekspor. NPL kredit impor dari 0 persen menjadi 33,33 persen sementara NPL kredit ekspor menjadi 13,35 persen dari 2 persen.

Pengamat perbankan Bank Internasional Indonesia (BII), Josua Pardede, mengatakan kenaikan rasio kredit macet disebabkan oleh gencarnya penyaluran kredit BPD.

Pernyataannya didukung dengan data rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio/LDR) yang naik menjadi 74,42 persen di Februari 2013 dari 67,61 persen pada periode sama di tahun sebelumnya.

Sesuai dengan targetnya yang ingin menjadi bank skala nasional, penyaluran kredit BPD sering kali tidak hanya pada provinsinya, tetapi juga ke provinsi lainnya. BPD juga menyalurkan kredit pada sektor-sektor bisnis beresiko tinggi seperti pertambangan dan perkebunan.

Hanya saja, BPD belum siap memanajemen resiko sehingga pengelolaan kreditnya belum maksimal. Josua menyarankan BPD untuk memperkuat kemampuan manajemen resiko agar bisa mencapai bank berskala nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement