REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Positifnya ekonomi Indonesia menahan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa (23/4) pagi. Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak melemah sebesar tujuh poin menjadi Rp 9.715 dibanding posisi sebelumnya Rp 9.708 per dolar AS.
"Rupiah melemah tipis tertahan ekonomi Indonesia yang masih positif. Rupiah kembali melemah dipicu kondisi eksternal yang masih negatif setelah pertemuan G-20 tidak mensinyalkan adanya pertentangan terhadap kebijakan stimulus Jepang," kata analis Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Selasa (23/4).
Ia menilai dengan penurunan mata uang yen maka memberikan kesempatan bagi dolar AS untuk menguat dimana sebelumnya sempat melemah karena ekspektasi bahwa The Fed masih akan mempertahankan program pembelian obligasi. Ia menambahkan pelemahan rupiah juga masih terbatas menyusul data penanaman modal asing (PMA) Indonesia untuk kuartal pertama 2013 yang menunjukkan kenaikan 27,2 persen (year on year) menjadi 6,7 miliar dolar AS.
"Data-data AS yang tidak memperlihatkan kemajuan atau masih dalam perlambatan akan menekan dolar AS sehingga potensi penguatan rupiah masih cukup besar," ujarnya.
Ekonom Lana Soelistianingsih menambahkan BKPM mencatat realisasi investasi untuk triwulan pertama 2013 mencapai Rp 93 triliun atau naik 30,6 persen dibanding periode sama tahun lalu. "Naiknya investasi ini membuat ekspektasi pertumbuhan ekonomi periode itu masih cukup tinggi antara 6,2 persen-6,3 persen," katanya.
Ia mengemukakan dominasi PMA mencapai 70,4 persen sedangkan sisanya hampir 30 persen adalah penanaman modal dalam negeri (PMDN), dengan alokasi investasi di luar Jawa mencapai 48 persen sedangkan 52 persen masih di Jawa.