REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) menyatakan kesiapannya dalam menerapkan sistem teknologi informasi (IT) dalam rencana kenaikan harga BBM subsidi jenis premium dan solar untuk mobil pribadi Mei mendatang.
"Pertamina sendiri sudah siap tanggal 26 April semua sudah in place, semua sistem sudah siap termasuk juga pengamanan oleh polisi," kata Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya seusai mendatangi Mabes Polri di Jakarta, Senin (22/4).
Menurut Hanung, sistem IT sudah bisa diterapkan di seluruh SPBU di Indonesia. Akan tetapi waktu penerapannya nanti akan disesuaikan dengan keputusan resmi pemerintah mengenai kenaikan harga BBM. "Nanti kalau pemerintah jadi memutuskan, kalau tidak jadi ya tidak kita switch," katanya.
Hanung juga mengatakan pihaknya telah membuat skenario dan menentukan lokasi SPBU yang menjual BBM bersubsidi dengan harga Rp 4.500 per liter dan harga kedua (Rp 6.500 per liter). Semua lokasi tersebut ditentukan oleh operasional Pertamina, BPH Migas dan Kementerian ESDM melalui konsultasi.
"Berdasarkan data yang ada, 45 persen konsumsi premium bersubsidi untuk mobil plat hitam. Jadi komposisi SPBU-nya nanti seperti itu 55:45," katanya. Artinya, sebanyak 45 persen dari sekitar 5.000 SPBU yang ada di seluruh Indonesia akan menjual premium subsidi dengan harga Rp 6.500 per liter. Sedangkan, 55 persen sisanya akan menjual premium seharga Rp 4.500 per liter.
Sementara itu, untuk SPBU di daerah terpencil, harga BBM bersubsidi akan disesuaikan dengan keputusan pemerintah, meski Pertamina telah menyiapkan sejumlah skenario.
Sebelumnya, Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo mengatakan, penyiapan administrasi dan teknis dijadwalkan selesai 26-27 April 2013. Persiapan tersebut dilakukan pemerintah yang berencana menaikkan harga BBM subsidi jenis premium dan solar untuk mobil pribadi dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500-Rp 7.000 per liter mulai Mei 2013. Sementara, harga BBM subsidi untuk sepeda motor dan angkutan umum tetap Rp 4.500 per liter.