REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Senin (22/4) pagi melemah seiring dengan negatifnya beberapa mata uang Asia. Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak melemah sebesar 30 poin menjadi Rp 9.775 dibanding posisi sebelumnya Rp 9.745 per dolar AS.
"Beberapa kalangan analis menilai, ekonomi AS masih dapat tumbuh meski sebagian data indikator ekonominya mengalami perlambatan. Ekspektasi itu mendorong dolar AS kembali menguat," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova di Jakarta, Senin (22/4).
Meski demkian, ia menambahkan nilai tukar domestik masih dapat kembali menguat seiring fundamental ekonomi Indonesia yang positif dengan perkiraan pertumbuhan sebesar 6,2 persen-6,5 persen. Selain itu, lanjut dia, Bank Indonesia (BI) juga akan masih menjaga fluktuasi nilai tukar domestik di pasar uang agar tetap stabil.
Ruly juga mengatakan pemerintah yang sedang merencanakan untuk menaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bagi roda empat akan dapat membantu defisit neraca perdagangan menurun. "Dengan defisit neraca yang turun maka diharapkan dapat membuat nilai tukar rupiah bergerak positif, selama ini salah satu pendorong kurs domestik melemah yakni defisit neraca perdagangan," katanya.
Menurut dia, migas merupakan salah satu faktor terjadinya defisit neraca perdagangan dalam negeri. Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih memproyeksikan nilai tukar rupiah diperkirakan ada potensi menguat menjelang lelang surat utang negara (SUN). "Rencana lelang SUN biasanya akan direspon dengan penguatan rupiah," katanya.