REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Devisa hasil ekspor (DHE) sepanjang 2012 yang masuk ke perbankan dalam negeri semakin meningkat seiring aturan wajib lapor eksportir ke Bank Indonesia (BI). Serapan DHE mencapai 85,1 persen dibandingkan 82,8 persen diakhir 2012.
Deputi Gubernur BI terpilih, Perry Warjiyo mengatakan perusahaan multi nasional yang menggarap sektor penyumbang DHE terbanyak, seperti pertambangan minyak dan gas alam (migas) dan elektronik, sudah banyak yang memasukkan ke bank dalam negeri. "Angka ini sudah bagus. Sebab, kebijakan DHE di berbagai negara tak mungkin 100 persen masuk," ujarnya dijumpai akhir pekan ini.
Supaya DHE lebih banyak berputar di bank-bank dalam negeri, kata Perry, BI mempercepat bisnis penitipan dengan pengelolaan (trustee). Sehingga, manfaat bank semakin besar. Sejauh ini, sudah dua bank yang sudah mendapatkan izin penuh untuk trustee, salah satu yang sudah mendapatkan izin prinsip dan izin penegasan adalah Bank Negara Indonesia (BNI).
Total penerimaan DHE melalui bank dalam negeri mencapai 11,7 miliar dolar AS sepanjang 2012. Rinciannya 9,9 miliar dolar AS melalui perbankan di dalam negeri dan 1,8 miliar dolar AS di bank-bank luar negeri. Hingga Februari 2013, nilai transaksi ekspor sudah mencapai 14,5 miliar dolar AS.
Kepala Divisi Internasional BNI, Abdullah Firman Wibowo mengatakan perusahaan membidik pengelolaan DHE tahun ini di atas 10-15 persen dari target awal. "Perusahaan tahun ini mengharapkan pengelolaan DHE 26 miliar dolar AS," ujarnya.
Sebanyak 40 persen dari pemasukan DHE BNI tahun sepanjang 2012 berasal dari perusahaan-perusahaan migas. Sejak awal 2013, BNI telah menggandeng pengelolaan DHE tiga perusahaan migas, yaitu Pertamina, Total E&P Indonesie, dan Inpex.
Bank yang melayani trustee bisa mengelola DHE. Sehingga, penerimaan DHE melalui perbankan domestik ke depannya semakin meningkat. Dari 2010 hingga 2012, penerimaan DHE di bank domestik terus meningkat, mulai dari 77,1 persen (2010), 80,4 persen (2011), dan 82,8 persen (2012).