REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adanya perbedaan data jumlah kebutuhan dan realisasi impor menjadi celah pada permainan terkait pelaksanaan Program Swasembada Daging Sapi (PSDS). Pengamat membernarkan bahwa beberapa pihak sengaja menggunakan kelemahan ini untuk kepentingan masing-masing. "Itu betul fakta. Akdemisi menemukan ada celah yang musti diperbaiki," ujar pengamat dari Fakultas Peternakan IPB, Muladno, Kamis (11/4).
Ia pun tidak menampik data populasi sapi yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS). Namun perlu diperhatikan bahwa sapi tersebar di seluruh Indonesia dalam jumlah yang beragam. Faktor pengangkutan seharusnya menjadi pertimbangan ketika menyusun cetak biru program PSDS.
Berdasarkan analisa skala kecil, tidak semua sapi produksi domestik berkualitas bagus. Penelitian yang menggunakan 300 ekor sapi menunjukkan, hanya sekitar 15 persen sapi yang layak menjadi komoditas industri. "Selebihnya sulit digemukkan dan gampang sakit," ujarnya saat dihubungi ROL.
Secara biologis, setiap tahunnya betina dapat melahirkan satu ekor. Tetapi fakta di lapangan tidak demikian. Kementrian Pertanian sebagai kementerian teknis harus menggenjot kualitas betina agar produktif jika ingin mewujudkan swasembada sapi pada tahun 2014.