REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Induk perusahaan cepat saji Kentucky Fried Chicken (KFC) Cina, Yum Brands Inc mengungkapkan wabah flu burung yang melanda Cina telah memukul penjualan perusahaan. Penjualan Maret dan April diperkirakan akan merosot lebih tajam.
"Publisitas flu burung di Cina selama satu pekan terakhir telah memberikan dampak negatif terhadap penjualan KFC," ujar sebuah pernyataan dari Yum Brands, seperti dilansir laman Reuters, Kamis (11/4).
Yum belum mengukur seberapa besar dampaknya. Namun perseroan mengalami penurunan penjualan sebesar 13 persen pada Maret, tiga persen lebih tinggi dari perkiraan para analis Cina. Sementara pesaingnya Pizza Hut mengalami kenaikan 4 persen.
Wabah flu burung telah mendera 33 orang dan menewaskan setidaknya sembilan orang di cina. Kabar ini membuat penjualan restoran, terutama yang menyediakan menu ayam, mengalami penurunan secara signifikan.
Dari total 5.300 restoran di Cina, sebagian besar adalah restoran cepat saji KFC. Restoran tersebut sudah berjuang melawan rumor residu kimia yang ditemukan di pasokan ayam di beberapa restoran KFC tahun lalu. Kini KFC kembali dihentak dengan wabah flu burung.
"Ini akan menjatuhkan mereka (KFC) lagi. Jika angka korban flu burung meningkat, maka dampaknya akan semakin lama," kata analis dari Jack Russo Edward Jones.
Hasil penjualan Maret yang mengecewakan merupakan rentetan pelemahan penjualan Sejak Februari. Padahal pergeseran libur tahun baru Cina diharapkan dapat mendongkrak penjualan. "Tapi saya tidak melihat ini harus diinterpretasikan sebagai kemunduran," ujar analis dari Sanford Bernstein, Sara Senatore.
Saham Yum jauh lebih dari 2 persen ke level 65,2 dolar AS pada perpanjangan perdagangan Rabu waktu setempat. Padahal saham Yum sempat menyentuh level 72 dolar di awal Maret. Saham Yum terus mengalami pelemahan sejak kematian pertama flu burung di negeri tirai bambu tersebut.