REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Perubahan pola belanja masyarakat dan kompetisi dengan platform digital membuat industri ritel dituntut beradaptasi agar konsumsi domestik tetap terjaga. Di tengah kebutuhan menjaga perputaran ekonomi tersebut, pengelola pusat perbelanjaan mulai memperbarui konsep dan fasilitasnya.
Lippo Malls Indonesia (LMI) menjadi salah satu yang mengambil langkah itu dengan memulai revitalisasi dan rekonsep Cibubur Junction pada kuartal IV 2025. Revitalisasi mal dinilai penting karena pusat perbelanjaan masih menjadi simpul aktivitas ekonomi lokal, terutama untuk sektor kuliner, gaya hidup, dan UMKM. Di Cibubur Junction, pembaruan dilakukan melalui perbaikan fasilitas, penataan ulang area publik, dan penyesuaian alur pengunjung agar lebih ramah dan interaktif.
Tenant mix juga direvisi mengikuti pergeseran konsumsi ke arah pengeluaran berbasis pengalaman (experience-based spending), yang kini menjadi penopang utama kunjungan fisik. Rebranding dilakukan untuk memperjelas karakter dan memperkuat posisi masing-masing mal dalam jaringan LMI yang tersebar di 36 kota besar.
CEO PT Lippo Malls Indonesia, Henry Riady, mengatakan pembaruan tersebut merupakan bagian dari adaptasi atas dinamika konsumsi nasional. “Revitalisasi dan rekonsep ini adalah respons kami terhadap perubahan perilaku serta ekspektasi pengunjung,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa fungsi mal kini semakin luas. “Mal bukan lagi sekadar ruang transaksi, tetapi telah berkembang menjadi ruang sosial dan gaya hidup. Pengunjung datang mencari pengalaman, bukan hanya barang,” kata Henry dalam siaran pers, Kamis (13/11/2025).
Beberapa mal LMI lain seperti Lippo Mall Nusantara dan Gajah Mada Plaza telah lebih dulu menjalankan penyegaran identitas visual. LMI menargetkan sejumlah lokasi lain menyusul hingga 2026.
Pengamat ritel menilai langkah revitalisasi seperti ini bisa membantu menjaga kontribusi ritel terhadap konsumsi domestik, terutama di kota-kota penyangga seperti Cibubur. Pembaruan mal diperkirakan memberi efek pengganda pada ekonomi lokal melalui peningkatan arus perdagangan, pembukaan lapangan kerja, serta ruang bagi UMKM.
LMI menyebut proses pengembangan tidak hanya menyasar pembaruan fisik, tetapi juga penyusunan ulang kurasi tenant, pemanfaatan area publik, dan penyesuaian konsep dengan karakter pasar lokal. Pendekatan ini dianggap penting agar mal tetap menjadi bagian dari infrastruktur konsumsi nasional.
“Kami merancang setiap pengembangan dengan mempertimbangkan potensi lokal dan dinamika tren ritel. Tujuannya menjaga relevansi pusat perbelanjaan dalam mendorong aktivitas ekonomi.” ujar Henry.