REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Krisis ekonomi yang terjadi di Eropa tidak hanya melanda negara-negara berkapitalisasi kecil, namun juga negara-negara besar Zona Eropa. Perlambatan ekonomi juga terjadi di Jerman, dengan catatan penurunan tajam ekspor dan impornya.
Negeri Bavaria tersebut mencatat penurunan tajam di neraca impor pada Februari. Penurunan ini merupakan untuk ketiga kalinya dalam empat bulan terakhir. Data dari Kantor Statistik Jerman menunjukkan impor melunjur 3,8 persen yang dianggap beberapa ekonom terendah. Padahal ekonom memperkirakan impor akan naik tipis 0,5 persen.
Ekspor Jerman juga mengalami nasib yang sama. Per Februari ekspor negara der Panzer ini turun 1,5 persen. Hal ini menggarisbawahi bagaimana kelemahan mitra bisnis Jerman di Eropa dan menurunnya permintaan barang. Ekspor jatuh untuk ketiga kalinya dalam enam bulan terakhir.
"Harapannya permintaan domestik akan mendukung perekonomian, tidak hanya untuk Jerman tetapi juga negara di Zona Eropa," kata Christian Schilz dari Berenberg Bank, seperti dilansir laman Reuters, Selasa (9/4).
Jerman belum menjadi negara yang memiliki peranan penting dalam menstabilkan ekonomi Eropa. Kebutuhan dalam negeri yang tinggi dan kurangnya kepercayaan diri menjadi salah satu faktornya. Termasuk krisis Eropa yang masih melanda hingga kini.
Permintaan domestik masih diharapkan menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan tahun ini. dibantu pasar tenaga kerja yang kuat dan kenaikan upah ekonomi Jerman diharapkan bisa bertumbuh lebih baik dibandingkan negara-negara lain.
Tahun ini pemerintah Jerman tidak mengharapkan kontribusi ekspor sebagai pendorong produk domestik bruto (PDB) negara. Hal ini disebabkan oleh adanya langkah-langkah penghemetan dan resesi di zona Eropa. Jerman memperkirakan ekspor tahun ini hanya sekitar 40 persen.
Ekspor Zona Eropa jatuh sekitar 2 persen pada dua bulan di awal tahun. Sementara ekspor ke negara-negara di luar Eropa meningkat 1,2 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.