REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Bank DKI segera membuka cabang Palembang, Sumatera Selatan, untuk memanfaatkan potensi kota itu yang masih memberikan peluang cukup besar dalam bisnis perbankan.
"Sementara ini Bank Indonesia sebatas menerima informasi secara lisan karena hingga kini surat resmi belum diterima. Tapi, diprediksi akan buka di Palembang pada pertengahan tahun," kata Asisten Direktur Bank Indonesia Bidang Pengawasan Bank Kantor Perwakilan Wilayah VII Achmad Darimy di Palembang, Ahad (7/4).
Ia mengemukakan, pertumbuhan ekonomi di Sumsel menjadi salah satu alasan perusahaan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini berekspansi ke Palembang.
Hal itu juga mendasari sejumlah bank swasta nasional lainnya melebarkan sayap ke provinsi yang dikenal menggarap perkebunan sawit dan karet, serta pertambangan batu bara dalam setahun terakhir.
Pada 2012, sedikitnya terdapat empat bank yang menjajal pasar perbankan di Sumsel, yakni dengan membuka kantor cabang utama (KCU) baru, yaitu PT Bank Jabar Banten (Tbk), PT Bank Nationalnobu (Nobu Bank), PT Bank Sahabat Sampoerna, dan BTPN Syariah.
"Baru-baru ini yang membuka cabang Bank Himpunan Saudara dan Bank Maspion, dan tak berapa lama lagi Bank DKI," ujarnya.
Hingga kini, BI masih merekomendasikan perbankan swasta nasional untuk membuka cabang di Palembang karena masuk dalam wilayah berkategori belum jenuh (zona empat).
Menurutnya, rekomendasi berbeda akan diberikan kepada bank yang ingin membidik daerah di zona satu dan zona dua, seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
"Tingkat persaingan untuk daerah yang berada di zona empat masih belum ketat, artinya peluang untuk meraih keuntungan masih terbuka karena "kue" yang tersedia masih terbilang besar," katanya.
Terkait dengan persaingan antar-Bank Pembangunan Daerah, mengingat Bank DKI berstatus sama dengan Bank Sumsel Babel, menurut dia, hal itu sangat wajar mengingat Sumsel telah menjadi tujuan sejumlah perbankan swasta nasional dan bukan saja perusahaan milik pemerintah provinsi.
"Masuknya dua bank berkategori Bank Pembangunan Daerah yakni Bank BJB dan Bank DKI, tidak bisa dikatakan bahwa Bank Sumsel kurang agresif dalam memaksimalkan potensi yang ada. Keadaan ini suatu yang wajar untuk daerah pertumbuhan ekonominya meningkat karena semua bank akan berbondong-bondong masuk," bebernya.
Berdasarkan data BI, kinerja penyaluran kredit perbankan Sumsel dari jenis penggunaan tumbuh tinggi rata-rata di atas 25 persen pada November 2012 jika dibandingkan dengan November 2011.
Jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp44,02 triliun atau meningkat dari periode sama pada 2011 sebesar 34,92 triliun.
Dana Pihak Ketiga (DPK) berhasil dihimpun perbankan mencapai Rp53,13 triliun atau tumbuh sebesar 3,9 persen dari tahun lalu sebesar Rp51,11 triliun.
Kinerja kedua indikator itu telah membentuk rasio antara kredit yang disalurkan dan dana dihimpun (loan to deposit ratio/ LDR) sebesar 82,85 persen atau meningkat dari November 2011 68,33 persen.