REPUBLIKA.CO.ID, NAY PYI TAW -- Perum Bulog menjajaki penguatan kerja sama dengan Myanmar untuk memenuhi kebutuhan beras nasional. Dengan kerjasama tersebut, Indonesia berharap dapat mengimpor beras dari Myanmar jika stok beras dalam negeri kurang.
"Kami jajaki untuk dapat stok beras di sini (Myanmar), kalau sewaktu-waktu kurang bisa impor," kata Direktur Utama Perum Bulog, Sutarto Alimoeso di Nay Pyi Taw, Myanmar, Selasa (2/4).
Perum Bulog ikut bersama dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa dan BUMN lain untuk menjajaki kerjasama ekonomi di Myanmar. Sutarto mengatakan kerjasama dengan Myanmar telah dilakukan sejak 2011 untuk penyediaan beras maksimal 200 ribu ton. Pada tahun itu, Indonesia sudah mengimpor beras sebanyak 5.600 ton karena produksi nasional minus satu persen.
Myanmar ditarget menjadi negara penyedia beras bagi Indonesia untuk menjaga stabilitas pangan nasional. Sutarto mengatakan Indonesia memiliki keterbatasan lahan pertanian. Sementara, jumlah penduduk Indonesia cukup besar sehingga stabilitas pangan masih menjadi tantangan bagi pemerintah.
Selama ini, kerjasama dengan Myanmar masih dilakukan sebatas perdagangan beras. "Sekarang, kami ingin kerjasama G to G (Government to Government) dengan Myanmar seperti dengan Vietnam dan Thailand untuk penyediaan beras," ujar Sutarto.
Myanmar dinilai dapat membantu menjaga stabilitas pangan nasional karena produksi berasnya surplus. Akan tetapi, Sutarto mengatakan stok beras di Myanmar tidak sebanyak Vietnam dan Thailand yang sebelumnya menjadi negara pengimpor beras utama ke Indonesia.