REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Anggota Tim Pemantau Inflasi Daerah (TPID), Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Djoko Raharto mengatakan pihaknya tidak akan melakukan pemantauan terhadap kenaikan harga cabai ini.
Sebab fenomena tersebut terjadi secara merata di seluruh daerah, termasuk Jakarta. "Ini fenomena nasional bukan hanya DIY saja," katanya di Yogyakarta, Sabtu (23/3).
Peneliti senior Bank Indonesia Yogyakarta itu mengakui kenaikan harga cabai dipastikan berpengaruh pada laju inflasi di DIY pada Maret 2013 ini. Namun pengaruhnya tidak signifikan.
Tingkat konsumsi masyarakat DIY terhadap cabai sangat kecil. Sehingga gejolak harga komoditas tersebut tidak akan berpengaruh besar pada inflasi DIY.
"Berbeda dengan gejolak harga beras, telur, daging sapi, daging ayam dan nangka sebagai bahan baku gudeg. Pengaruhnya justru sangat besar," ujarnya.
Melambungnya harga cabai beberapa pekan terakhir, tak mempengaruhi masyarakat Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Sebab sejak dua tahun terakhir Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul mewajibkan setiap keluarga di wilayah itu menanam minimal tiga tanaman cabai di rumahnya.
"Ini kita lakukan sejak harga cabai terus naik saat pergantian musim seperti sekarang ini. Kondisi ini terjadi sejak 2010 lalu," terang Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bantul, Edy Suharyanta, Sabtu (23/3).