REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Kamis (21/3) pagi menguat nilainya sebesar delapan poin menjadi Rp 9.720 dibanding posisi sebelumnya Rp 9.728 per dolar AS.
"Dolar AS melemah terhadap mata uang rupiah paska FOMC (Federal Open Market Committee) mengisyaratkan pertumbuhan pekerjaan belum cukup kuat untuk mendorong penghentian langkah-langkah stimulus AS," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis (21/3).
Ia mengatakan the Fed akan terus melakukan pembelian 85 miliar dolar AS obligasi per bulan sebagai upaya untuk menekan tingkat pengangguran hingga di bawah tujuh persen. "Meski demikian, rupiah masih tetap rentan untuk kembali berada ke area negatif seiring dengan ketidakpastian tentang dana talangan (bailout) Cyprus," katanya.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova menambahkan penguatan nilai tukar domestik terhadap dolar AS hanya bersifat sementara. "Sentimen penolakan syarat pemberian 'bailout' untuk memberikan pajak tabungan di Cyprus dapat menghambat pemulihan krisis di Eropa sehingga menahan penguatan lebih lanjut mata uang negara berkembang salah satunya rupiah," kata dia.
Ia mengatakan sentimen yang terjadi di Cyprus dinilai juga akan memperlambat pemberian dana talangan bagi negara lainnya yang sedang membutuhkan untuk pemulihan krisis keuangannya.
"Kondisi di Eropa membuat pelaku pasar uang akan tetap memburu mata uang 'safe haven' seperti dolar AS untuk menjaga nilainya," kata dia.