Kamis 14 Mar 2013 15:06 WIB

BPRS Andalkan Bagi Hasil Deposito

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
BPRS, ilustrasi
BPRS, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) menjadikan deposito sebagai produk unggulan untuk bersaing dengan bank umum syariah (BUS). Pasalnya besaran bagi hasil deposito di BPRS cenderung lebih besar dibanding BUS.

Direktur Utama BPRS Harta Insan Karimah (HIK), Khusnul Khorip, mengatakan BPRS memang lebih mengunggulkan aspek investasi seperti deposito dalam bisnisnya. Pasalnya jika tidak ada keunggulan dari deposito, maka BPRS akan kalah bersaing. "Karena masyarakat lebih percaya BUS dibanding BPRS," ucap Khusnul saat dihubungi ROL, Kamis (14/3).

BPRS, kata Khusnul harus memiliki strategi untuk menarik masyarakat, salah satunya dengan memberikan bagi hasil yang lebih tinggi bagi para deposan. Caranya yakni melalui nisbah. Untuk mendapatkan bagi hasil lebih besar, perusahaan mengupayakan pendapatan yang juga besar untuk masuk ke bank. "Pendapatan besar otomatis bagi hasil yang diberikan ke deposan juga ikut besar," katanya.

Khusnul berujar memang  pendapatan di BUS cenderung besar, namun jumlah nasabah juga banyak sehingga membuat bagi hasil cenderung kecil. "Kalau di BPRS, nasabah deposannya tidak banyak, jadi bagi hasilnya melampaui BUS," ujarnya.

Besaran bagi hasil deposito tidak tetap, melainkan berubah-ubah sesuai pendapatan bank. Khusnul menyebut deposito juga menjadi produk unggulan Dana Pihak Ketiga (DPK) BUS. Tetapi dia optimistis keunggulan deposito BPRS mampu bersaing dengan BUS.

Lain halnya dengan DPK dari tabungan. Khusnul mengakui produk tabungan BPRS masih kalah dengan BUS. Pasalnya fitur-fitur tabungaan BUS lebih canggih daripada BPRS. Untuk itu, BPRS HIK mengutamakan deposito dibanding tabungan dalam menarik dana masyarakat. "Kami genjot di deposito," ucapnya. Per 31 Desember 2012, deposito berkontribusi Rp 201 miliar untuk DPK, sedangkan tabungan Rp 28 miliar.

Tahun lalu, bagi hasil deposito BPRS HIK cukup tinggi. "Rata-rata dua kali lipat dari yang diberikan BUS," kata Khusnul.

Kinerja BPRS HIK di 2012 cukup menggembirakan. Total aset di penghujung tahun menyentuh angka Rp 291 miliar. Pembiayaan yang disalurkan Rp 268 miliar, permodalan Rp 37 miliar dan laba bersih setelah zakat dan pajak Rp 8,5 miliar. Dengan kinerja tersebut, BPRS HIK kerap menjadi salah satu BPRS percontohan studi banding bagi BPRS dan lembaga keuangan mikro syariah lainnya.

Direktur BPRS Artha Karimah Irsyadi, Mahrus Junaidi, mengatakan sebagian besar deposito BPRS bisa memberi return yang lebih besar dari BUS. BPRS memberikan porsi nisbah lebih besar pada nasabah. "Ini untuk menarik deposan," ucap Mahrus. Bagi hasil deposito BPRS Irsyadi sejak dalam periode Januari 2012 hingga 2013 berkisar 10 sampai 14,05 persen.

Selain bagi hasil deposito, kelebihan lain yang dimiliki BPRS dibanding BUS adalah pendekatan dengan nasabah. Pendekatan yang diterapkan BPRS cukup personal. BPRS menyederhanakan prosedur bagi nasabah yang hendak melakukan atau menggunakan jasa, misalnya dalam memberikan pembiayaan. Persyaratan yang diajukan kepada nasabah tidak serumit bank-bank umum. Hal ini diyakini agar hubungan bank dengan debiturnya terjaga baik karena di situlah letak kekuatan lembaga keuangan mikro.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement