Selasa 19 Feb 2013 20:53 WIB

Uni Emirat Arab Pembeli Senjata Terbesar

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: M Irwan Ariefyanto
Kota di Uni Emirat Arab
Foto: UEA
Kota di Uni Emirat Arab

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Di negara berkembang, Uni Emirat Arab adalah pembeli utama senjata Amerika Serikat  dan Rusia. Pembelian senjata Arab Saudi turun dari 12,4 miliar dolar AS dalam medio 1994-1997 menjadi 1,7 miliar dolar AS pada medio 1998-2001. Akumulasi utang selama perang Teluk Persia, ketika Arab Saudi bertahan dari agresi Irak, serta penurunan harga minyak dunia semasa itu menjadi sebab penurunan signifikan kontrak pembelian senjata negara tersebut.

Kontrak Arab Saudi dengan Prancis misalnya,  penjualan persenjataannya menurun dari 2,2 miliar dolar AS pada 2000 menjadi 400 juta dolar AS sekarang. Penjualan senjata Jerman ke negara-negara berkembang juga turun lebih dari satu miliar dolar AS pada 2000 menjadi nol tahun ini.

Prospek ekonomi dunia yang tak menentu diproyeksi membatasi pembelian senjata baru dan mahal oleh negara-negara berkembang hingga tahun depan. Perjanjian kontrak senjata AS dengan negara-negara berkembang turun signifikan hampir separuhnya. Nilainya dari 13 miliar dolar AS pada 2000 menjadi tujuh miliar dolar AS pada 2001.

Dari AS, Israel membeli 52 pesawat tempur senilai 1,8 miliar dolar AS. Mesir membeli coproduce Abrams tank senilai 500 juta dolar AS. Singapura sepakat membeli 12 helikopter Apache senilai 397 juta dolar AS.

Di sisi lain, Rusia berhasil menjual 310 tank ke India dengan nilai 700 juta dolar AS. Berikutnya 40 pesawat tempur ke Cina senilai 1,5 miliar dolar AS. Rusia juga menjual helikopter dan peralatan militer lain ke Korea Selatan senilai 600 juta dolar AS. Dengan negara Barat, Rusia  mampu memberikan senjata canggih. Misalnya Cina yang memasok rudal.

Krisis ekonomi mendorong pemotongan anggaran untuk produksi senjata 100 negara yang menjual senjata di dunia. Ini pertama kalinya yang terjadi pada 2011, sejak era 1990an. Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) mendata total penjualan perusahaan turun, dari 412 miliar dolar AS pada 2010 menjadi 2010 miliar dolar AS pada 2011.

"Langkah penghematan yang diusulkan menyebabkan perusahaan melakukan spesialisasi militer. Sisanya melakukan diversifikasi pasar penjualan," kata perwakilan SIPRI, dikutip dari AFP.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement