Senin 18 Feb 2013 16:37 WIB

Minat Investasi Sukuk Tinggi

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Sukuk Ritel
Foto: .
Sukuk Ritel

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Antusiasme masyarakat terhadap Sukuk Negara Ritel seri SR 005 cukup tinggi. Terbukti, penjualan sukuk tersebut di Bank Syariah Bukopin sudah melebihi break event point (BEP) Rp 25 miliar.

"Animo masyarakat terhadap sukuk tahun ini melebihi tahun sebelumnya," ujar Direktur Utama Bank Syariah Bukopin (BSB), Riyanto, saat dihubungi ROL, Senin (18/2). Karenanya ia optimistis penjualan Sukuk Negara Ritel seri SR 005 ini melebihi target penjualan Rp 100 miliar hingga Rp 150 miliar.

Saat ini penjualan sukuk tersebut di BSB hampir melewati Rp 100 miliar. BSB pun berencana meminta penambahan kuota sukuk kepada mitranya PT Mega Capital bila hal tersebut dimungkinkan. "Masih dikonsolidasikan," kata Riyanto.

Riyanto melihat ada peningkatan permintaan sukuk di 2013. Pasalnya masyarakat mulai melihat sukuk sebagai instrumen investasi yang baik, aman, dan terjamin oleh pemerintah.

Di dalam kondisi perekonomian seperti saat ini, sambung dia, peningkatan demand sukuk nantinya akan menjadi lebih baik lagi. Umumnya, para pembeli sukuk SR 005 berasal dari kalangan pengusaha, baik korporat maupun perseorangan. "Rata-rata membeli Rp 50 juta, tapi ada juga yang membeli hingga Rp 5 miliar," ucapnya.

Dalam aturan pembelian sukuk yang diluncurkan pada Jumat (8/2), telah ditetapkan minimal pembelian sukuk SR 005 Rp 5 juta dan maksimal Rp 5 miliar.

Hal senada diucapkan Direktur Utama PT Mega Capital Indonesia Nany Susilowati. Menurutnya, berinvestasi dengan sukuk negara lebih aman dibanding deposito. Pasalnya sukuk jenis ini mempunyai imbal hasil lebih tinggi.

Tak hanya itu, pajaknya lebih kecil dibanding deposito yakni 15 persen, sementara deposito berpajak 20 persen. "Sukuk aman, likuid dan terjamin. Lebih baik dari deposito di bank-bank pemerintah," ucap Nany.

Meski begitu, sukuk juga memiliki risiko investasi. Hanya saja tingkatnya tidak tinggi. "Jika tingkat suku bunga naik, risikonya imbal hasil bisa turun," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement