Senin 11 Feb 2013 21:24 WIB

Tiap Tahun, Sulut Masih Kekurangan 1,5 Juta Bibit

Rep: Reiny Dwinanda/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Petani menanam bibit di sawah. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Yusran Uccang
Petani menanam bibit di sawah. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO---Masyarakat Sulawesi Utara (Sulut) mesti ikut berpartisipasi dalam pengadaan bibit tanaman produksi, obat, maupun tanaman penghijauan. Ajakan tersebut disampaikan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menyusul kekurangan pasokan bibit di Sulut.

Setahun terakhir, Balai Penelitian Kehutanan setempat baru berhasil menyediakan 1 juta bibit tanaman. Jumlah tersebut adalah kapasitas produksi maksimal yang bisa digarap oleh Balai Penelitian Kehutanan Sulut per tahunnya.

Angka itu terpaut 1,5 juta bibit dari target penyediaan bibit untuk kebutuhan warga. "Siapapun yang ingin mengembangkan bibit dan menanam pohon silakan berkoordinasi dengan Balai Penelitian Kehutanan," tutur Zulkifli saat meninjau Balai Litbang Kehutanan Sulut, kecamatan Mapangit, Kota Manado, Senin (11/2) kemarin.

Pengadaan bibit tersebut sekaligus menjadi program penghijauan Sulut yang telah mengalami deforestasi. Di samping itu, warga juga dapat memanfaatkan bibit tersebut untuk keperluan ekonomi pasca moratorium yang diberlakukan mulai 2010.

"Seperti dengan menanam pohon-pohon yang bisa diambil kayu atau buahnya," papar Zulkifli.

Sebagai stimulus, Menhut memberikan bantuan sosial secara simbolis kepada 25 Kebun Bibit Rakyat masing-masing sebesar Rp 50 juta. Ia juga mengingatkan warga tentang keberadaan fasilitas pinjaman dari Badan Layanan Umum Kemenhut.

"Nilainya sebesar Rp 20 juta untuk tiap hektare lahan hutan tanaman rakyat." ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement