REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) melansir pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2012 mencapai 6,23 persen dibandingkan 2011. Dengan demikian, pertumbuhan PDB Indonesia gagal mencapai target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2012 sebesar 6,5 persen.
Kepala BPS Suryamin mengatakan besaran PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp 8.241,9 triliun. Sedangkan besaran PDB atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp 2.618,1 triliun. Secara triwulan, Suryamin menyatakan pertumbuhan PDB Indonesia pada triwulan IV 2012 menurun 1,45 persen dibandingkan triwulan III 2012.
"Tapi, bila dibandingkan triwulan IV 2011 (year on year/YOY), tumbuh sebesar 6,11 persen," tutur Suryamin dalam jumpa pers di Kantor BPS, Selasa (5/2).
Turut hadir dalam jumpa pers tersebut Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Suhariyanto dan segenap jajaran pimpinan BPS. Suryamin mengatakan pertumbuhan PDB Indonesia masih di bawah target APBNP 2012 akibat krisis ekonomi global yang masih terjadi.
Hal tersebut ditunjukkan dengan neraca perdagangan Indonesia pada 2012 yang mengalami defisit 1,63 miliar dolar AS atau sekitar Rp 15,7 triliun. Khusus untuk triwulan IV 2012, Suryamin menjelaskan penurunan pertumbuhan PDB Indonesia disebabkan sektor pertanian mengalami penurunan yang signifikan sebesar 23,06 persen karena siklus musiman.
"Karena triwulan IV bukan musim panen, melainkan masa tanam. Itu masa-masa menurunnya sektor pertanian," ujar Suryamin.
Sedangkan sektor-sektor lainnya mengalami pertumbuhan positif seperti konstruksi yang tumbuh 4,02 persen. Lebih lanjut, Suryamin mengatakan sumber pertumbuhan PDB Indonesia 2012 6,23 persen disokong tiga sektor utama antara lain industri pengolahan 1,47 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 1,44 persen dan sektor pengangkutan dan komunikasi 0,98 persen.
Namun, secara keseluruhan tiga sektor utama yang berkontribusi pada struktur PDB Indonesia 2012 adalah sektor industri pengolahan 52,28 persen, pertanian 14,44 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran berkontribusi 13,90 persen.
Suryamin menambahkan, sepanjang 2012 PDB Indonesia digunakan untuk memenuhi pengeluaran komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 54,56 persen, konsumsi pemerintah 8,89 persen, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau komponen investasi fisik 33,16 persen, komponen ekspor 24,26 persen dan komponen impor 25,81 persen.
"Jadi, pertumbuhan 6,23 persen itu masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga dan PMTB," kata Suryamin.
Menurut Suryamin, pertumbuhan PDB yang didominasi konsumsi rumah tangga tidak baik. Sebaiknya pertumbuhan PDB didominasi PMBT sebab memiliki efek kepada sektor ekonomi lainnya. "Tapi sekarang mulai ada pergeseran. Konsumsi rumah tangga sudah sedikit menurun dan PMTB naik," ujar Suryamin.
Sebagai catatan, pada 2011 konsumsi rumah tangga tercatat 54,61 persen dan PMTB 31,97 persen. Sedangkan ekspor barang dan jasa mencapai 26,35 persen dan impor tercatat 24,94 persen.