REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memprediksi defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sampai akhir 2021 mencapai 5,82 persen dari produk domestik bruto (PDB). Adapun secara nominal, defisit APBN pada 2021 diperkirakan Rp 961,5 triliun atau lebih rendah Rp 44,9 triliun dari target APBN sebesar Rp 1.006,4 triliun.
“Kalau dari sisi persentase terhadap PDB defisit mencapai 5,82 persen karena PDB kita pertumbuhannya di bawah asumsi dari lima persen hanya jadi 3,7 hingga 4,5 persen pada 2021, sehingga nominalnya lebih kecil tapi persentase terhadap PDB lebih besar yaitu 5,8 persen,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani saat Raker bersama Komisi XI DPR secara virtual seperti dikutip Selasa (24/8).
Sri Mulyani menjelaskan, pendapatan negara diperkirakan sebesar Rp 1.735,7 triliun atau 99,5 persen dari target APBN 2021 sebesar Rp 1.743,6 triliun. “Secara total hampir memenuhi target APBN meski secara komposisi berbeda,” ucapnya.
Dari sisi penerimaan pajak, menurutnya, sampai akhir 2021 diperkirakan Rp 92,9 persen dari target atau lebih rendah Rp 87,1 triliun. Penerimaan pajak masih tumbuh 6,6 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Kemudian kepabeanan dan cukai diperkirakan tumbuh 108,6 persen dari target APBN 2021 atau lebih tinggi Rp 18,4 triliun, tumbuh 9,5 persen secara tahunan.
“Belanja negara akan mencapai Rp2.697 triliun, atau mencapai 98,1 persen dari target APBN 2021. Ini sangat tinggi, biasanya target belanja negara tidak tercapai, tahun lalu hanya 92 persen,” tuturnya.