REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyederhanaan nilai mata uang atau redenominasi rupiah yang mulai dijalankan oleh pemerintah diprediksi tidak akan berpengaruh besar kepada inflasi. Ekonom Centre for Information and Development Studies (Cides) Umar Juoro mengatakan hal ini tak lepas dari proses redenominasi yang berjalan setahap.
"Lagi pula saat ini inflasi kita relatif stabil," tuturnya kepada wartawan seusai menjadi pembicara dalam diskusi ekonomi politik bertajuk 'Berkah Politik dan Ekonomi Menjelang 2014' di Jakarta, Kamis (31/1). Inflasi pada 2012 year on year mencapai 4,3 persen, sedangkan pada 2013 inflasi ditargetkan 4,9 persen.
Umar menjelaskan inflasi yang terjadi pascaredenominasi dapat terlihat pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan erat dengan kebutuhan pangan. Terganggunya rantai pasokan pangan dapat berujung pada kenaikan inflasi. "Jadi, tidak terpengaruh dari faktor moneter," ujarnya.
Meski begitu, Umar menyebut redenominasi akan memberikan efek psikologis bagi masyarakat yang menilai rencana itu sama seperti pemotongan nilai mata uang (sanering). Secara khusus, Umar menyebut redenominasi dapat dimulai dari besaran mata uang Rp 100 ribu. "Sebab, tidak seluruh masyarakat menggunakan besaran itu," kata Umar.