Selasa 22 Jan 2013 14:39 WIB

Petani Sayur Merugi Rp 3,4 Miliar

Rep: Ghalih Huriarto/ Red: Nidia Zuraya
Petani sayur memanen sawi di perkebunan khusus untuk komoditi ekspor di Makasar
Foto: ANTARA
Petani sayur memanen sawi di perkebunan khusus untuk komoditi ekspor di Makasar

REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG -- Cuaca ekstrim yang terjadi di Kabupaten Bandung  mengakibatkan tanaman sayuran rusak. Akibatnya petani sayur di Kabupaten Bandung mengalami kerugian cukup besar. Selain itu, banjir yang terjadi di beberapa daerah juga membuat distribusi sayuran terhambat.

Ketua Gabungan Kelompok Petani (Gapoktan) Jaya Alam Lestari, Desa Cisondari, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung, Waryudin mengatakan, akibat curah hujan yang tinggi, tanaman sayur mengalami kerusakan. Menurutnya, tanaman sayuran yang mengalami rusak cukup parah adalah tanaman sayuran daun seperti sawi, petsai, dan selada.

"Hujan yang tinggi sangat mempengaruhi daya tahan tanaman sayur, apalagi tanaman sayur jenis daun-daunan. Sayur jenis daun banyak yang rusak, sehingga produksi menurun," ujarnya, kepada Republika, Selasa (22/1).

Waryudin menuturkan, petani sayur mengalami kerugian hingga 60 persen.  Ia mencontohkan, jika dalam satu hari bisa mengirimkan 100 kilogram sayur ke pasar modern atau supermarket, kali ini hanya 40 kilogram saja. Pasalnya, kualitas sayuran buruk, sehingga banyak sayuran yang ditolak oleh supermarket.

Waryudin mengungkapkan, kerugian nominal akibat sayuran busuk mencapai Rp 6 juta per hektare (ha) setiap 15 hari. Menurutnya, jika pada produksi normal bisa meghasilkan Rp 10 juta per ha dalam 15 hari. Namun busuknya sayuran pada musim hujan ini, hanya bisa menghasilkan Rp 4 juta per ha dalam waktu 15 hari. "Saat ini kami menggunakan penanaman terpola, jadi per kawasan dengan luas satu hektar. Jadi setiap hari ada panen," kata dia.

Kerugian petani saat musim hujan disebabkan karena distribusi terhambat. Waryudin mengatakan, pada kejadian banjir besar di Jakarta, tanaman sayuran yang dikirim ke Jakarta terhambat. "Terasa satu minggu terhambat, apalagi saat banjir besar, distribusi sayuran terhenti. Setidaknya dua hari pengiriman sayur ke Jakarta terhenti," paparnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Hortikultura, Endang Sukmana mengatakan, akibat terhentinya distribusi sayuran ke Jakarta mengakibatkan kerugian mencapai Rp 1,7 miliar per hari. Perhitungan tersebut dari jumlah pengiriman enam. Komoditas unggulan Kabupaten Bandung di antaranya kubis, kentang, sawi, tomat, wortel, dan cabai keriting.

"Harganya bervariasi per kilogramnya, mulai dari Rp 1.000 untuk kubis sampai Rp 13.000 untuk cabai keriting. Pengiriman sempat terhenti dua hari, jadi sekitar Rp 3,4 miliar kerugiannya," ungkap Endang. N

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement