Senin 10 Dec 2012 19:51 WIB

2013, Kinerja Sektor Tambang Indonesia Masih Tertekan

Tambang batu bara
Foto: Antara
Tambang batu bara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Ekonomi Nasional (KEN) memproyeksikan kinerja sektor pertambangan di Indonesia tahun mendatang masih akan tertekan. Hal ini seiring dengan harga komoditas pertambangan di pasar internasional yang tengah turun.

Menurut Ketua KEN Chairul Tandjung, turunnya harga komoditas pertambangan disebabkan permintaan terhadap komoditas pertambangan yang diperkirakan masih akan melemah seiring dengan lesunya kondisi perekonomian global. "Secara keseluruhan, indeks harga saham di sektor pertambangan mengalami pelemahan pada 2012 sejalan dengan melambatnya perekonomian dunia," tuturnya, Senin (10/12).

Indeks harga saham di sektor pertambangan sebenarnya masih menguat sepanjang kuartal pertama dan mulai menurun pada April dan Mei. Indeks harga saham di sektor pertambangan ini bahkan sempat naik ke level 2804,1 pada Februari. Akan tetapi, indeks tersebut mengalami penurunan sebesar 6,6 persen (MoM) pada April dan sebesar 19,9 persen(MoM) pada Mei. "Sehingga, dari awal tahun hingga Oktober 2012 indeks harga saham di sektor pertambangan turun sebesar 29,2 persen," imbuhnya.

Lebih jauh diungkapkannya, menurunnya harga saham perusahaan pada sektor pertambangan tersebut tidak terlepas dari penurunan harga-harga komoditas pertambangan di pasar internasional. Sejak awal tahun 2012, komoditas pertambangan seperti aluminium, nikel, dan timah putih menunjukkan penurunan yang cukup signifikan.

Misalnya, harga nikel dari harga rata-rata 20.450 dolar AS per ton pada Februari 2012 turun menjadi 15.658 dolar AS per ton pada Agustus 2012. Sedangkan, harga timah puti dari harga rata-rata sebesar 2.057dolar AS per ton Februari 2012 turun menjadi 1.814 dolar AS per ton Agustus 2012.

Pada semester pertama 2012, pertumbuhan PDB sektor pertambangan masih menunjukkan peningkatan. Hingga pertengahan tahun ini, sektor pertambangan berhasil mencatatkan pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 2,9 persen. Namun, pada pertengahan ke dua tahun ini, pertumbuhan sektor pertambangan diperkirakan akan menurun sehingga sektor pertambangan diperkirakan hanya tumbuh 2,2 persen pada tahun ini.

Selain itu, sektor pertambangan sering menghadapi kendala dalam masalah ketidakpastian hukum terutama bagi investor. "Apabila tidak segera diselesaikan, masalah ini dapat menghambat kinerja sektor pertambangan di masa mendatang," tuturnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement