Kamis 06 Dec 2012 04:02 WIB

Meski Bikin Defisit, Impor Pesawat Diyakini Garuda Tarik Devisa Lebih Besar

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Pesawat Bombardier CRJ 1000NextGen milik maskapai Garuda
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Pesawat Bombardier CRJ 1000NextGen milik maskapai Garuda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Impor pesawat terbang disinyalir menjadi salah satu penyebab terjadinya defisit neraca perdagangan. Namun, kalangan pengusaha tetap optimistis impor pesawat yang dilakukan saat ini akan bisa menambah devisa negara dalam jumlah yang lebih besar pada tahun-tahun mendatang.

CEO Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, mengatakan hingga akhir tahun ini, akan ada empat pesawat lagi yang akan masuk. Ia menjelaskan, Garuda akan membeli dua unit pesawat bombardier, dan dua unit Airbus masing-masing 330 dan 320.

"Ada empat unit, untuk penutupan tahun ini. Tahun depan, ada 24 pesawat Garuda, 10 pesawat Citilink. Total 34," ujar Emir saat ditemui, Rabu (5/12) malam.

Emir mengatakan defisit perdagangan yang disebabkan karena impor pesawat semestinya bisa dilihat dari sudut pandang lain. Menurut dia pesawat yang termasuk barang modal akan bisa memberikan nilai tambah di dalam negeri. Sebagai gambaran, satu unit pesawat Bombarnier harganya sekitar 25 juta dolar. Untuk jenis Airbus, harganya sekitar 30 Dolar. 

Pada bulan Oktober, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit 1,54 Miliar Dolar. Ekspor bulan Oktober mencapai 15,67 Miliar Dolar AS. Sementara impor Indonesia mencapai 17,21 Miliar Dollar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement