Senin 03 Dec 2012 13:27 WIB

Operasional Tinggi, Suku Bunga Kredit UMKM Sulit Turun

Rep: Nur Aini/ Red: Fitria Andayani
UMKM, ilustrasi
Foto: Antara
UMKM, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suku bunga kredit UMKM dinilai sulit turun karena biaya operasionalnya tinggi. Deputi Presiden Bank Panin, Roosniati Salihin mengatakan bisnis mikro selama ini tidak memiliki pendataan yang baik. Karena itu, biaya berbisnis di kredit mikro masih tinggi. “Bisnis mikro masih lemah dari sisi dokumentasinya sehingga masih ada risiko-risiko yang perlu dikaji, “ ujarnya ditemui Republika, baru-baru ini. 

Dengan biaya operasional yang tinggi, bunga kredit mikro pun lebih besar dari kredit lain seperti korporasi. “Kami harus mencapai keseimbangan antara risiko dan margin, “ ujarnya. Karena itu, Roosniati menilai kredit UMKM terutama untuk kredit mikro masih akan relatif tinggi. 

Bunga kredit mikro yang ditetapkan perbankan selama ini mencapai double digit hingga lebih dari 20 persen. Hal itu berbeda dengan bunga kredit korporasi yang telah mencapai single digit. Meskipun, pasar untuk kredit mikro ini dinilai masih luas mengingat besarnya kapasitas sektor informal di dalam negeri. “Bisnis UMKM tetap akan potensial, “ ujar Roosniati. 

Sebelumnya, untuk mengatasi tingginya suku bunga UMKM, BI berencana mempublikasikan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk memacu penurunan suku bunga. Bank sentral sebelumnya hanya mempublikasikan SBDK untuk kredit korporasi, kredit konsumsi, dan kredit ritel.

Dalam jamuan makan malam dengan bankir akhir November lalu, Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution mengatakan pihaknya akan mempublikasikan SDBK untuk kredit UMKM. Hal ini karena SBDK selama ini dinilai tidak berdampak pada penurunan kredit mikro. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement