Ahad 25 Nov 2012 14:16 WIB

Tiga Langkah BI Dorong Pertumbuhan UMKM

Bank Indonesia
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Deputi Gubernur Bank Indonesia 2002-2007 Maulana Ibrahim menilai BI telah melakukan tiga hal untuk mendorong pertumbuhan usaha mikro kecil dan menengah seperti aturan 20 persen portofolio bank untuk usaha tersebut.

"Selain itu BI terus mendorong dan mencari kiat-kiat melatih pengusaha UMKM dan membuat skim kredit untuk pengusaha baru," kata Maulana Ibrahim dalam acara bertajuk "Peran PNM dan Sektor UMKM Bagi Pengembangan Industri Kreatif Nasional" di Bandung, Ahad (25/11).

Menurut dia, tiga hal itu bisa menjadi potensi kerja sama antara BI dengan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) untuk mengembangkan UMKM. Dia menilai, pertumbuhan UMKM terus meningkat dan mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak dari 96,2 juta pada 2009 menjadi 101,7 juta pada 2011.

"Ada prediksi dari pengamat kependudukan di tahun 2015 struktur penduduk didominasi sektor produktif yang bisa masuk ke sektor formal dan usaha," ujarnya.

Dia mengatakan, jumlah pelaku UMKM terus meningkat dari 52,7 juta di tahun 2009 menjadi 55,3 juta di 2011.

Selain itu menurut dia, UMKM memberikan kontribusi terhadap PDB meningkat dari 56,53 persen di 2009 menjadi 61 persen pada 2011. "Total ekspor UMKM mencapai 17,02 persen pada 2009 dan 15,81 persen pada 2010," katanya.

Maulana Ibrahim mengatakan industri UMKM memiliki potensi dan peluang yang besar dengan sumber daya alam di Indonesia. Menurut dia, negara-negara di Eropa dan Amerika menyukai produk dengan bahan baku dari alam. "Bagaimana agar UMKM itu regenerasi dan berkelanjutan," katanya.

Direktur Umum PT Pemodalan Nasional Madani (Persero) Parman Nataatmadja menekankan dalam membangun usaha mikro kecil memerlukan keyakinan dan keberanian. Dia mengatakan dibutuhkan kompetensi SDM dalam hal keahlian dan kreatifitas.

Menurut dia, metode pengembangan kapasitas usaha PNM dalam pendampingan klaster industri UMKM. Langkah itu dilakukan dengan pelatihan terhadap industri itu lalu dilkukan monitoring.

"Nantinya diharapkan muncul nilai tambah dalam hal kualitas, kuantitas dan harga kompetitif sehingga mampu menyerap tenaga kerja," ujarnya.

Dia mencontohkan pendampingan pengrajin rempeyek di Imogiri, Bantul, yang omzet sebelum program itu Rp3,5 miliar per bulan menjadi Rp3,8 miliar per bulan setelah pendampingan.

Selain itu menurut dia ada pengembangan kemasan yang lebih inovatif dan dinamis disertai dengan peningkatan pengetahuan manajerial.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement