Senin 19 Nov 2012 06:23 WIB

Demi Ekonomi, Jepang Pun Rombak Parlemennya

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: M Irwan Ariefyanto
Perdana Menteri Jepang Yoshihiko Noda
Foto: Reuters
Perdana Menteri Jepang Yoshihiko Noda

REPUBLIKA.CO.ID,Cina memilih Xi Jinping sebagai sekjen Partai Komunis Cina menggantikan Hu Jintao. Korea Selatan juga akan menggelar pemilihan presiden pada 19 Desember mendatang. Selanjutnya, giliran Jepang yang melakukan perombakan politik demi mendongkrak pertumbuhan ekonominya tahun depan.

Perdana Menteri Jepang Yoshiko Noda memutuskan segera membubarkan parlemen dan menggelar pemilihan baru pada 16 Desember mendatang. Jepang mempunyai tiga jenis pemilu. Pemilihan anggota parlemen per empat tahun, pemilihan anggota House of Councillors per tiga tahun, dan pemilihan lokal per empat tahun. Kondisi saat ini adalah pemilihan parlemen yang meski belum mencapai batas waktunya, dibolehkan karena perdana menteri membubarkannya lebih cepat.

Pilihan Noda untuk merombak politik juga mendukung oposisi yang ingin mengeluarkan kebijakan untuk melipatgandakan pajak penjualan pada 2015. Langkah pahit ini dilakukan demi mengekang utang publik Jepang secara besar-besaran. Direktur Studi Asia dari Temple University Jepang Jeffrey Kingston menilai, ada beberapa kebijakan yang nantinya akan menjadi perdebatan di formasi parlemen yang baru.

Perdebatan pertama adalah bagaimana agar Bank Sentral Jepang lebih agresif untuk mengalahkan deflasi. Pasalnya, ekonomi Jepang tergelincir ke dalam resesi keempat sejak 2000. Perdebatan kedua adalah kelanjutan pemulihan bencana nuklir Fukushima. Ini sekaligus proses rekonstruksinya yang masih belum selesai. “Tak kalah pentingnya, perdebatan mengenai haruskah Jepang tetap mengambil bagian dari Trans-Pacific Partnership, pakta perdagangan dengan Amerika Serikat,” kata Kingston dikutip dari Reuters.

Ekonomi Jepang turun 0,9 persen pada kuartal III 2012. Kontraksi akan kembali terjadi pada tiga bulan akhir tahun ini dipicu perlambatan ekonomi global. Sengketa pulau dengan Cina juga memukul mundur angka ekspor Jepang ke “Negeri Panda” itu. Bank Sentral Jepang kemungkinan besar akan memotong anggaran konsumsi swasta dan belanja modal.

Ekonom Senior dari Mizuho Research Institute di Tokyo Yasuo Yamamoto mengatakan, Bank Sentral Jepang sudah kehabisan langkah untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi. “Namun, jika the Federal Reserve menjanjikan stimulus yang lebih besar untuk Amerika Serikat Desember mendatang, demam ekonomi Jepang sedikit mereda,” ujarnya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement