REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia menyiapkan paket kebijakan operasi moneter untuk menyikapi membesarnya defisit transaksi berjalan. Kebijakan tersebut antara lain menaikkan suku bunga Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (Fasbi) atau deposit facility dan membuka fasilitas hedging untuk investor asing untuk tenor satu minggu.
Kepala Departemen Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI, Dody Budi Waluyo, mengatakan BI akan memperkuat operasi moneter. Tujuannya, untuk mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan pengendalian likuiditas untuk mengurangi defisit transaksi berjalan.
“Sejalan dengan itu, sementara suku bunga BI Rate dipertahankan tetap pada tingkat 5,75 persen, koridor bawah operasi moneter dipersempit dengan menaikkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps (basis points) dari 3,75 persen menjadi 4 persen, “ ujarnya, akhir pekan lalu. Suku bunga tersebut akan mulai efektir berlaku, Senin (13/8).
Kenaikan suku bunga Fasbi ini akan menarik bank untuk menempatkan likuiditas jangka pendeknya di BI. Dengan begitu, ancaman peningkatan inflasi akibat melonjaknya likuiditas jangka pendek dapat dikendalikan. Fasbi sendiri merupakan penempatan dana rupiah oleh bank di BI dalam jangka waktu satu hari kerja.
Transaksi berjalan pada triwulan II 2012 mencatat defisit sebesar 6,9 miliar dolar AS atau 3,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit ini meningkat dari triwulan I sebesar 3,2 miliar dolar AS atau 1,5 persen dari PDB. Besarnya defisit ini tidak dapat diimbangi surplus transaksi modal dan finansial yang naik dari 2,5 miliar dolar AS pada triwulan I menjadi 5,5 miliar dolar AS pada triwulan II 2012.