REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Regulator perbankan New York, Amerika Serikat, mengancam mencabut lisensi perbankan Standard Chartered Plc. Lembaga keuangan tersebut dinilai sebagai lembaga "nakal" yang menyembunyikan sejumlah transaksi valuta asing dengan perbankan Iran.
Nilai yang disembunyikan mencapai 250 miliar dolar AS. "Standard Chartered ini bank nakal," kata pengawas Departemen Keuangan (DFS) Negara Bagian New York, Benjamin Lawsky sepeti dikutip Reuters, Selasa (7/8).
Standard Chartered merupakan bank ketiga asal Inggris yang terseret dalam kasus hukum AS. Sebelumnya, Barclays Plc telah membayar denda 453 juta dolar AS untuk menyelesaikan permasalahannya dengan AS.
Kedua, HSBC Holding Plc yang terbukti melakukan pencucian uang dengan jaringan pengedar narkoba Meksiko yang nilainya mencapai 16 miliar dolar AS.
Untuk kasus Standar Chartered, DFS New York menemukan 60 ribu transaksi rahasia di bank tersebut. Transaksi gelap tersebut menghasilkan ratusan juta dolar AS dan sudah berlangsung 10 tahun terakhir.
AS menilai transaksi gelap tersebut berpotensi membocorkan sistem perbankan AS kepada negara-negara yang mereka klaim sebagai negara teroris, seperti Iran dan Irak.
Kasus Standar Chartered bahkan semakin melebar dikaitkan dengan perusahaan konsultan keuangan kaliber dunia, Deloitte LLP. DFS menuduh Deloitte LLP menyembunyikan rincian transaksi antara Standard Chartered dengan pemerintahan Irak. Tindakan Standard Chartered tersebut berpotensi membentuk persengkokolan kejahatan transaksi perbankan di AS.
Kehilangan lisensi perbankan di New York merupakan pukulan telak bagi Standard Chartered. Sebab, ini memotong akses bank tersebut ke pasar AS. Di Negara Paman Sam itu, Standard Chartered menangani 190 miliar transaksi keuangan setiap harinya.