REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Kenaikan harga kedelai memaksa perajin tahu di Dusun Glondong, Desa Tirtonirmolo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengurangi ukuran tahu. Tapi, perajin tahu memastikan harga jual tidak dinaikan.
"Kalau harga jual tahu memang tidak dinaikkan, masih sama dengan sebelumnya, namun ukuran tahu dikurangi menjadi lebih kecil," kata perajin tahu di Dusun Glondong, Desa Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Subarno, Selasa (24/7).
Menurut Subarno, kenaikan harga kedelai membuat kalangan perajin tahu mengeluh karena kesulitan untuk menyesuaikan harga. Kenaikan bahan baku membuat biaya produksi lebih besar.
Harga kedelai, kata dia, saat ini mencapai sebesar Rp 7.500 per kilogram, naik dibanding sebelumnya yang berada pada kisaran enam ribu rupiah hingga Rp 6.500 per kilogram. "Kalau harga tahu dinaikkan khawatir pembeli tidak jadi beli, sehingga dikurangi sedikit, karena ongkos produksi juga semakin besar," katanya.
Disebutkannya, tahu produksinya dijual dengan harga Rp 250 tiap biji. Namun, biasanya dikemas dalam plastik isi 10 tahu yang dijual Rp 2.500 yang dipasarkan ke pasar tradisional serta ke sejumlah warung-warung sekitar.
"Ada sejumlah warung di Banyon dan Nyemengan (dusun sebelah) yang kami setori tahu, rata-rata mereka keberatan jika harga dinaikkan," katanya.
Subarno menjelaskan, usaha pembuatan tahu yang ditekuni sejak 1980 itu setidaknya menjadi mata pencaharian utama keluarga. Meski penghasilan yang tidak begitu besar, namun subarno mengaku tetap tekun menjalankan usaha itu. "Ada beberapa kendala dalam membuat tahu, seperti kalau kelamaan dalam penguapan tidak bisa menjadi tahu, karena bahan baku basah. Itu sering terjadi," katanya mengakhiri.