Selasa 15 May 2012 13:59 WIB

Menteri BUMN Tes Mesin Panen Padi Lokal, Lebih Hemat?

Panen padi. Ilustrasi
Foto: .
Panen padi. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, DEMAK - Panen raya tanaman padi di Desa Bango, di Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Selasa, diwarnai dengan uji coba mesin panen tanaman padi oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan.

Uji coba mesin panen tanaman padi dilakukan setelah Dahlan Iskan melakukan panen raya secara simbolis bersama Wakil Bupati Demak Dachirin Said, serta perwakilan dari Provinsi Jateng, Dirut Pupuk Indonesia, dan Dirut PT Petrokimia Gresik.

Setelah mencoba memanen tanaman padi dengan mesin panen, Dahlan Iskan mengungkapkan, mesin buatan dalam negeri tersebut cukup mudah dibawa ke sawah tanpa harus menggunakan mobil pengangkut. Harganya juga cukup murah karena hanya Rp50-an juta.

Pasalnya, kata dia, rodanya bisa diganti dengan roda yang bisa digunakan di jalan raya. "Mesin tersebut juga bisa diubah menjadi mesin bajak, sehingga memiliki dua fungsi. Jika buatan dalam negeri sudah cukup memadai, tentunya perlu didukung," ujarnya.

Sementara mesin pemanen buatan luar negeri, katanya, selain harganya mencapai Rp300-an juta, untuk membawanya ke sawah harus diangkut  dulu dengan mobil bak terbuka. Itu karena rodanya tidak bisa diganti.

Untuk kapasitas panen, katanya, mesin pemanen impor memang lebih besar, di banding mesin pemanen buatan dalam negeri. Meskipun baru pertama mencoba mesin pemanen padi, Dahlan Iskan sudah lancar mengoperasikannya. Uji coba oleh sang menteri hanya dalam jarak belasan meter saja.

Munculnya mesin tersebut, kata Dahlan, karena untuk mencari tenaga kerja saat ini mengalami kesulitan. Terlebih lagi, lanjut dia, dengan mesin tersebut mampu mengurangi potensi kehilangan gabah hingga 2 persen, di banding dengan cara manual potensi kehilangannya bisa mencapai 12 persen.

"Penghematan tersebut, tentunya bisa dimanfaatkan petani untuk membeli peralatan tersebut," ujarnya. Ia mempersilakan, petani memilih menggunakan peralatan tersebut atau tidak, sesuai kebutuhan di lapangan.

Sementara itu, Direksi PT Om Hwahaha Sutrisno, mengungkapkan, berdasarkan hasil uji coba di balai mutu, mesin pemanen padi buatannya itu, mampu menekan potensi kehilangan gabah hingga beberapa persen di banding cara manual atau menggunakan alat perontok padi lainnya.

 

"Hasil uji di balai uji mutu, potensi kehilangan gabahnya hanya 1,7 persen serta maksimal 3 persen. Sedangkan cara manual maupun menggunakan alat sederhana potensi kehilangannya mencapai 12 persen," ujarnya.

Berat mesin panen padi seharga Rp50 juta tersebut, mencapai 740 kilogram dengan konsumsi bahan bakar solar mencapai 7 liter per hektare.

Jika kondisi sawah yang hendak dipanen dalam kondisi kering, katanya, setiap hektarenya hanya membutuhkan waktu sekitar lima jam, di banding lahan dalam kondisi basah yang membutuhkan waktu hingga 10 jam.

Ia mengklaim, mesin tersebut lebih menghemat, karena cara manual membutuhkan biaya yang lebih mahal, karena untuk setiap sak hasil panen ongkosnya berkisar antara Rp30.000 hingga 70.000.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement