REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Kebutuhan jeroan sapi di Indonesia ternyata sangat tinggi. Untuk memenuhi bagian organ sapi yang sebagian besar diserap pelaku usaha kecil dan menengah itu masih mengandalkan impor.
"Jeroan sapi sangat dibutuhkan oleh pelaku usaha kecil dan menengah di Indonesia, salah satunya untuk bahan baku pembuatan bakso dan makanan lainnya," kata ata Pengamat Peternakan Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Rochadi Thawaf di Bandung, Senin.
Seperti kebutuhan daging sapi yang masih harus didukung oleh daging impor, kebutuhan jeroan sapi yang juga tak kalah banyak dan belum bisa dipenuhi oleh persediaan di dalam negeri.
Situasi itu mengakibatkan impor jeroan masih cukup signifikan, khususnya dari Australia dan Amerika Serikat.
Bahkan ia menyebutkan kebutuhan ke depan akan semakin besar lagi menyusul tingkat konsumsi masyarakat Indonesia yang meningkat.
"Pengawasan kualitas daging dan jeroan sapi impot harus ditingkatkan, terlebih adanya indikasi penyakit sapi gila," katanya.
Tingginya kebutuhan jeroan sapi impor itu dibenarkan oleh Kepala Dinas Peternakan Jawa Barat Koesmayadi. Ia menyatakan kebutuhan jeroan sapi impor masih cukup tinggi terutama memenuhi kebutuhan bahan baku UKM.
Ia menyebutkan kebutuhan sapi potong di Jabar pada 2011 sebanyak 357.950 ekor. Namun dari jumlah tersebut pasokan sapi lokal hanya mampu memasok 29,51 persen, sapi lokal dari Jatim dan NTB 53,82 persen dan impor 16,8 persen.
"Daging sapi impor jumlahnya terbatas, biasanya untuk menenuhi kebutuhan hotel dan restoran, sedangkan jeroanya untuk banyak diserap pelaku usaha rumahan," kata Koesmayadi menambahkan.