REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Airbus akan membayar perbaikan retakan sayap superjumbo A380. Namun kompensasi tidak akan melebar pada biaya-biaya lain seperti biay pesawat yang tidak beroperasi, kata laporan Jumat.
Qantas dan maskapai penerbangan lain menemukan retakan kecil, yang kata maskapai tersebut tidak menimbulkan risiko keselamatan, pada sayap beberapa A380 awal tahun ini dan maskapai Australia itu sedang dalam pembicaraan dengan Airbus mengenai kompensasi, lapor AFP.
Pembuat pesawat Eropa tersebut diperkirakan akan membayar sebesar 105 juta euro (139 juta dolar) untuk memperbaiki retakan-retakan renik di seluruh dunia sebagai bagian dari program garansi tetapi tidak akan membayar biaya-biaya lain, kata The Sydney Morning Herald.
"Bukan tipikal bahwa akan ada kompensasi apapun di atas dan melampaui perbaikan nyata produk," kata COO Airbus John Leahy kepada surat kabar tersebut dari markas perusahaan itu di Toulouse, Prancis.
"Kami secara tradisional bertanggung jawab untuk memperbaiki masalah yang ditanggung.
"(Namun) seperti halnya mobil baru. Jika mobil anda harus masuk selama seminggu untuk dikerjakan berdasarkan garansi, pihak pabrikan membayar garansi tersebut. Pihak pabrikan tidak membayar anda untuk pergi dan menyewa mobil lain."
Airbus, anak perusahaan utama raksasa ruang angkasa EADS, mengatakan retakan-retakan garis rambut ditemukan di sejumlah pelekat kulit-iga sayap pada pesawat A380 tingkat dalam jumlah terbatas.
Airbus mengatakan retakan tersebut tidak menimbulkan ancaman bahaya dan tidak merusak popularitas pesawat bagi para pelancong.
"Ini masalah pemeliharaan -- ini tidak ada hubungannya dengan keamanan penerbangan. Sayangnya kami harus menukar beberapa suku cadang tersebut namun itulah yang terjadi," kata Leahy.
Dalam komentarnya kepada Australian Financial Review, Leahy mengatakan secara keseluruhan jet penumpang masif itu diterima baik dan keterkejutan muncul ketika satu mesin di Qantas A380 meledak sesudah mengudara dari Singapura pada 2010.
Dalam insiden tersebut, pesawat kembali dengan selamat ke Singapura namun ledakan di tengah penerbangan yang tak terkendali itu, yang disebabkan oleh kebocoran minyak dalam turbin, memicu kekhawatiran keselamatan serius pada waktu itu.
"Ada keterkejutan kecil ketika mesin Rolls meledak di Qantas namun hal itu ditangani dengan sangat baik oleh Qantas dan Rolls-Royce dan orang cukup senang dengan hasilnya," kata Leahy.
A380, yang beroperasi pada 2007, merupakan jet penumpang terbesar di dunia dan produk utama dalam jajaran Airbus dimana Airbus bertarung melawan pesaing utamanya raksasa AS Boeing memperebutkan tempat teratas dalam industri maskapai penerbangan sipil dunia