Kamis 19 Apr 2012 20:27 WIB

Gadai Emas Sumbang Fee Based Income Terbesar di BSM

Rep: Friska Yolandha/ Red: Heri Ruslan
BSM determines the growth of the asset and financing in about 36 percent in this year
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
BSM determines the growth of the asset and financing in about 36 percent in this year

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Gadai emas menjadi penyumbang terbesar fee based income bagi Bank Syariah Mandiri pada 2011 lalu. BSM menutup tahun dengan membukukan Rp 2,2 triliun untuk gadai emas.

Namun sejak aturan Bank Indonesia diberlakukan, gadai emas di BSM jatuh setengahnya. Per April nilai gadai emas yang tersisa hanya Rp 1,3 triliun. "Arahan BI meminta bank yang memiliki produk gadai emas turun dengan pembiayaan maksimal Rp 250 juta," kata Direktur Pembiayaan Kecil Mikro BSM, Hanawijaya, kepada wartawan, Rabu (18/4).

Aturan BI di atas menyebabkan pasar untuk gadai emas semakin kecil. Tadinya pasar gadai emas berasal dari semua kalangan, artinya nasabah dapat menggadaikan emasnya dalam jumlah di atas 250 juta. Dengan aturan baru BI pasar gadai emas hanya akan berkisar di nasabah kelas menengah ke bawah.

Hal di atas berarti kompetisi antar bank akan semakin besar. Pasar yang semakin mengecil membuat bank semakin kompetitif.

BSM menargetkan tahun ini akan menambah pembiayaan melalui gadai emas hingga 1 triliun. "Mudah-mudahan bisa kita tingkatkan karena persaingan semakin ketat," kata Hanawijaya.

Seperti diketahui fee based income BSM meningkat tajam di sepanjang tahun 2011, yaitu sekitar 90,95 persen. Pada tahun 2010 fee based income BSM bernilai Rp 567 miliar menjadi Rp 1,082 triliun pada 2011.

Sementara itu Bank Muamalat mengakui tidak ikut serta dalam euforia gadai emas seperti beberapa bank syariah lain. Menurut Direktur Keuangan Bank Muamalat, Hendiarto, mengatakan gadai emas tidak sesuai dengan visi Muamalat. Hal tersebut dinilai tidak produktif dan ada unsur spekulatif.

Muamalat telah mengembangkan portofolio untuk pembiayaan konsumer. Hendiarto mengatakan dalam portofolio tersebut disebutkan pembiayaan konsumer merupakan pembiayaan yang memiliki nilai tambah. Ia mencontohkan untuk pembiayaan rumah atau motor. "Motor kita masukkan ke portofolio karena bisa digunakan untuk bekerja," kata dia.

Hendiarto menambahkan, berbeda halnya jika Muamalat masuk ke sektor komersial. Gadai emas masih memungkinkan untuk menjadi opsi pembiayaan. "Sejauh ini belum akan mengeluarkan produk tersebut. Sama halnya mengeluarkan kartu kredit syariah," ungkap Hendiarto. Saat ini Bank Muamalat hanya memiliki layanan untuk kartu debit yang bersinergi dengan kartu ATM.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement