REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemblokiran jalan akses menuju lapangan minyak Banyu Urip di Blok Cepu, Jawa Timur, ternyata terjadi sejak Jumat (9/3) lalu. Hal ini dipicu kehadiran pengunjuk rasa yang diduga digerakkan oleh kontraktor lokal yang menginginkan proyek.
Kepala Divisi Humas Sekuriti dan Formalitas BP Migas Kementerian ESDM, Gede Pradnyana, mengatakan unjuk rasa tersebut masih belum memengaruhi produksi. "Produksi terus berjalan karena ada jalan akses dari tempat lain," kata Gde ketika dihubungi Republika, Senin (12/3).
Sejak Jumat pekan lalu, Bupati Bojonegoro melakukan mediasi dengan masyarakat. BP Migas berharap pemerintah daerah terus melakukan mediasi.
Menurut informasi yang diterima Gede, unjuk rasa tersebut sudah umum terjadi, sebab Banyu Urip masih terus dieksplorasi. Tentunya, banyak pihak berkeinginan mendapatkan pekerjaan. Jika unjuk rasa itu terus berlangsung, maka tak mungkin akan menganggu produksi minyak lapangan Cepu.
Dihubungi terpisah, Deputi Pengendalian Operasi BP Migas, Rudi Rubiandini, mengatakan unjuk rasa tak akan menganggu produksi selama tak menyentuh kendaraan operasional milik Mobil Cepu Limited (MCL). "Mudah-mudahan unjuk rasa itu tak memblokir peralatan operasi," kata Rudi.
Pada Rabu (14/3), Bupati Bojonegoro berencana melakukan mediasi kedua dengan masyarakat dan kontraktor. Communication Advisor ExxonMobil, Wigra Anggara Hanafiah, mengonfirmasi kondisi di Bojonegoro belum berdampak signifikan. "Tak ada dampak apa pun terhadap produksi," katanya.