REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution mengakui pasar keuangan Indonesia masih sangat dangkal jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
"Harus diakui, pasar keuangan Indonesia sangat dangkal, instrumen keuangan juga terlalu sedikit. Kita tertinggal oleh negara-negara lain. Hal ini harus segera kita benahi agar Indonesia siap menghadapi era globalisasi," kata Darmin dalam acara 'Financial Lecture: Pasca-Investment Grade' di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Rabu (18/1).
Menurut Darmin, meskipun telah memperoleh rating investment grade, instrumen investasi Indonesia masih kalah dari Malaysia dan Filipina. "Investment grade bukan merupakan suatu tujuan, melainkan tonggak pengukur diri agar bisa lebih maju. Kalau kita hanya diam saja dan tidak melakukan apapun, maka kita akan tertinggal oleh negara lain. Oleh karena itu, hal ini harus segera dibenahi," kata Darmin.
Darmin mengatakan untuk menciptakan pasar uang yang tidak dangkal adalah dengan cara memperkaya instrumen investasi, seperti instrumen berjangka panjang maupun instrumen structured product dan derivative product.
"Diperlukan juga adanya instrumen-instrumen lain yang lebih mampu mengakomodir masuknya investasi di pasar uang," kata Darmin. Masih belum cukup, lanjut Darmin, dibutuhkan juga adanya keterbukaan, akurasi serta kedisiplinan untuk memperbaiki pasar uang Indonesia, baik dari level mikro maupun makro.