REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia merilis riset terbaru seputar layanan pinjaman daring (Pindar).
Dalam studi yang melibatkan ribuan responden di seluruh Indonesia, sebanyak 67% pengguna Pindar menyatakan menggunakan dana untuk keperluan usaha, sementara 32% lainnya mengakses pendanaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kebutuhan tersebut seperti biaya pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan rumah tangga. Penggunaan untuk kebutuhan tersier tercatat jauh lebih kecil.
Temuan ini menunjukkan bahwa layanan Pindar menjawab kebutuhan nyata masyarakat—bukan hanya untuk memperluas peluang usaha, tetapi juga sebagai instrumen penyangga di saat tekanan ekonomi atau keterbatasan akses keuangan terjadi.
“Pindar terbukti berdampak positif terhadap kondisi ekonomi rumah tangga, terutama bagi mereka yang menggunakannya dengan tujuan jelas dan perencanaan yang baik,” ujar Founder CORE Indonesia, Hendri Saparini, dalam seminar nasional di Hotel Bidakara, Jakarta, belum lama ini, lewat keterangan tertulis.
Ia menambahkan bahwa 51% peminjam melaporkan adanya peningkatan pendapatan dan kemampuan mencukupi kebutuhan harian setelah mengakses layanan Pindar.
