REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Wakil Menteri ESDM Widjojanto menilai bahnyak kebijakan yang keliru soal energi selama ini. Akibat kesalahan kebijakan itu, anggaran negara terkuras.
"Banyak uang dalam bentuk subsidi terhamburkan percuma. Seharusnya, subsidi untuk konsumsi BBM dikurangi dan akhirnya dihapus. Selisih dari pengurangan subsidi itu digunakan untuk pembangunan infrstruktur transportasi publik," kata Widjojanto, Jumat (15/12) dalam satu diskusi.
“Harusnya yang disubsidi itu ongkos transortasinya, bukan BBM-nya. Lihatlah di Vietnam atau Singapura. Warga lebih memilih transportasi publik yang murah dan cepat, serta nyaman, karena harga BBM tinggi dan mobil juga dibatasi,” kata Widjojanto
Perlunya subsidi BBM dikurangi,juga ditegaskan Firmanzah. DEkan FEUI ini mengatakan, jumlah subsidi yang makin membengkak menjadi 170 triliun rupiah harus dikurangi segera.
“Sudah banyak usulan untuk menaikkan BBM, misalkan usulan menaikkan Rp 500 atau Rp 1.000 per liter. Langkah, kata dia, berani harus diambil peemrintah untuk mengurangi subsidi. Ia menilai menaikkan harga itu dampaknya tidak terlalu besar. "Ekonomi Indonesia saat ini lumayan baik. Dana subsidi itu bsia digunakan untuk sector lain yang lebih bermanfaat,’ kata Firmanzah.