Senin 12 Dec 2011 15:38 WIB

90 Persen Waralaba Lokal Belum Penuhi Standar

Rep: Ichsan Emrald Alamsy/ Red: Johar Arif
Waralaba, ilustrasi
Waralaba, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Hampir 90 persen perusahaan waralaba lokal belum memenuhi standar untuk bisa disebut waralaba. Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), Anang Sukandar, mengatakan hampir 90 persen dari sekitar 1700 perusahaan waralaba di Indonesia masih berupa peluang bisnis atau Business Opportunity (BO).

Hal ini disebabkan sebagian besar franchise Indonesia tak memenuhi beberapa syarat, misalnya penguasaan kiat-kiat bisnis atau punya keunikan tersendiri. ‘’Ada enam syarat tertulis ada di PP nomor 42 tahun 2007 tentang waralaba,’’ ujar dia kepada Republika di Hotel Shangrilla, Senin (12/12).

Ia mengatakan faktor usia menjadi pertimbangan dari perusahaan waralaba. Ia mencontohkan misalnya perusahaan Es Teler 77 yang saat ini sudah berusia 30 tahun, begitu juga dengan perusahaan Martha Tilaar. Namun, saat ini banyak sekali usaha lokal yang baru berusia lima tahun sudah dibuat franchise. Menurut dia, perusahaan yang relatif baru rentan terhadap guncangan, baik krisis ekonomi maupun persaingan bisnis.

Saat ini baru 10 waralaba lokal yang sudah go international walau masih tingkat regional, seperti Es Teller 77, Martha Tilaar, Java Kitchen hingga yang terakhir Kebab Turki Baba Rafi. ‘’Cuma memang tak mudah masuk negara lain walau di tingkat Asean,’’ ucap dia.

Ia mengatakan seharusnya pemerintah mendorong waralaba lokal karena selama ini tidak ada upaya pemerintah untuk minimal menumbuhkan dan melindungi usaha waralaba. Apalagi Indonesia memiliki kuliner yang bermacam-macam. ‘’Ada restoran waralaba dari Singapura hanya menjual roti bakar dan kopi siam, kenapa Indonesia tak mengirim itu kesana,’’ ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement