Selasa 01 Nov 2011 19:28 WIB

Ketergantungan APBN atas Utang Masih Tinggi

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK - Deputi Kepala Bagian Direktorat Internasional Bank Indonesia (BI), Miyono mengatakan, ketergantungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terhadap utang masih tinggi. "Namun rasio utang terhadap produk domestik regional bruto Indonesia terus menunjukkan perbaikan," kata Miyono di Pontianak, Selasa (1/11).

Menurut dia, berdasarkan data hingga Juni 2011, total utang luar negeri Indonesia sebesar 223 miliar dolar AS. Utang tersebut terbagi, untuk pemerintah sebesar 128,1 miliar dolar AS sedangkan swasta 94,9 miliar dolar AS.

Sementara rasio utang pada Juni 2011 terhadap PDRB 28,8 persen; turun dibanding tahun 2006 sebesar 35,9 persen. "PDRB Indonesia terus meningkat sementara rasio utang menurun, ini menunjukkan utang luar negeri Indonesia juga mengalami penurunan," kata Miyono.

Indonesia, lanjut dia, bertekad untuk terus menurunkan rasio utang terhadap PDRB pada 2014. Utang yang dilakukan pihak swasta diantaranya untuk mendukung produksi dengan target ekspor maupun memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Ia menjelaskan, utang pihak swasta di luar negeri itu juga karena berbagai aspek. "Di antaranya suku bunga yang lebih rendah, jaminan ketersediaan likuiditas dalam bentuk mata uang asing. Karena perbankan nasional banyak yang tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut," ujar dia.

Sindikasi perbankan nasional untuk memperkuat ketersediaan mata uang asing juga tidak mudah karena masing-masing bank mempunyai dasar yang berbeda. Ia mengungkapkan, yang perlu diperhatikan adalah kalau utang itu untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam negeri.

"Karena mereka minjam dalam bentuk valuta asing, dan mendapat bayaran dalam bentuk rupiah," kata Peneliti Ekonomi Madya Senior, Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Pusat, Clarita Ligaya Iskandar.

Clarita mengatakan, hal itu dapat menimbulkan ketidaksesuaian dalam pembayaran valuta asing sehingga Bank Indonesia mengeluarkan berbagai kebijakan, salah satunya berupa Devisa Hasil Ekspor (DHE).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement