REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO - Honda Motor, Jepang, berencana mengurangi ekspornya dalam sepuluh tahun ke depan akibat terus meningginya nilai tukar yen terhadap mata uang lain (endaka). Ini akibat dampak atas krisis utang di Eropa dan melemahnya perekonomian Amerika Serikat.
"Dengan terus terapresiasinya yen, perusahaan tidak bisa terus mengekspor," ungkap Presiden Honda Motor, Takanobu Ito, Rabu (5/10), di Tokyo.
Ekspor Honda ke dunia, saat ini tercatat mencapai 30 persen sampai 40 persen dari total produksi domestik. Tapi memperhatikan pergerakan nilai tukar mata uang, Ito menilai sulit bagi Honda untuk mengangkat penjualan di luar negeri.
Begitupun, Ito menegaskan Honda akan tetap melakukan ekspor, jumlahnya dipangkas menjadi hanya 10 persen sampai 20 persen dari total produk domestik. "Selain itu, kami juga akan lebih fokus memproduksi kendaraan kecil untuk mendongkrak penjualan di dalam negeri. Kalau kami tidak memanfaatkan pasar domestik, sulit bagi kami bisa bertahan," tegas Ito, seperti diberitakan harian Asahi Shimbun.