REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--PT PLN (Persero) mengumumkan pemenang tender Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 2x1.000 megawatt (MW) di Jawa Tengah jatuh ke tangan J-Power (Jepang) yang berkonsursium dengan Itochu (Jepang) dan Adaro (Indonesia). Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama PLN, Dahlan Iskan di Jakarta, Rabu (25/5).
"Kami direksi PLN merasa lega telah berhasil melakukan tender PLTU 2x1000 MW Jawa Tengah. Dalam tender tersebut ditetapkan J-Power (Jepang) yang berkonsursium dengan Itochu (Jepang) dan Adaro (Indonesia) sebagai yang memenuhi syarat dan dengan harga yang sangat baik, yakni 5,79 cent dolar AS," jelas Dahlan.
Penetapan J-Power sebagai pemenang lelang tinggal menunggu selesainya masa sanggahan dari peserta lain. Termasuk juga menunggu pemeriksaan terhadap angka-angka di dalam harga tersebut. Dahlan mengatakan rencananya pengumuman resmi pemenang tender PLTU 2X1.000 MW Jawa Tengah dilakukan pada 17 Juni 2011.
"Pengumuman atas penunjukan pemenang tender PLTU Jawa Tengah ini akan dilakukan pada 17 Juni 2011 nanti. Selanjutnya penandatanganan perjanjian penjaminan, power purchase agreement yang direncanakan pada 31 Agustus 2011," papar Dahlan.
Tender bersejarah yang awalnya diikuti oleh belasan perusahaan internasional ini pada akhirnya hanya menyisakan 7 perusahaan yang memenuhi syarat, yakni 3 perusahaan Jepang, 3 perusahaan Tiongkok dan satu perusahaan dari Korsel. Namun, Dahlan, mengatakan saat penutupan tender 29 April lalu hanya empat perusahaan yang memasukkan penewaran, yakni Yudian dan Shenhua (Tiongkok), Marubeni dan J-Power (Jepang).
Tender PLTU Jawa Tengah ini bersejarah karena inilah proyek PPP (Public Private Partnership) pertama Indonesia yang berhasil dilelangkan. Pemerintah sangat mendorong diadakannya proyek-proyek PPP namun sejauh ini masih banyak hambatan. Dengan berhasilnya lelang PLTU Jateng 2x1000 MW ini, diharapkan proyek-proyek PPP lainnya seperti Bandara, Jalan Toll dan Jalan Kerata Bandara bisa mengikuti sukses PLN ini. Nilai proyek ini mencapai 3,5 miliar dolar atau sekitar Rp 30 triliun.
Dari sisi PLN proyek ini juga sangat bersejarah karena inilah unit terbesar PLTU yang pernah ada di Indonesia. "Indonesia belum punya unit PLTU yang ukurannya satu unit sampai 1.000 MW. Selama ini yang terbesar adalah 660 MW, seperti yang ada di Tanjung Jati dan Paiton," ungkap Dahlan.
Secara teknologi, proyek ini juga sangat bersejarah karena inilah proyek pertama di Indonesia yang menggunakan ultra super critical. Di Jepang dan Cina memang sudah agak lama diterapkan teknologi yang sangat effisien dan ramah lingkungan ini, namun untuk Indonesia baru kali ini diadakan.
"Yang kami juga lega adalah bahwa harga yang diperoleh ternyata menjadi sangat murah, yakni 5,79 cent dolar AS per kWh, jauh dari perkiraan kami yang semula bisa mencapai 6,5 USD atau lebih. Harga HPS sendiri ditetapkan 7,1 cent dolar AS," tutur Dahlan.