Senin 10 Apr 2017 13:05 WIB

Jonan: Pulau Jawa Bakal Kelebihan Pasokan Listrik 5 Gigawatt

Rep: Frederikus Bata/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan pasokan listrik untuk Pulau Jawa akan mengalami kelebihan apabila semua pembangunan pembangkit listrik terealisasi. Jonan mencontohkan salah satunya proyek terbesar yakni Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 2X1.000 megawatt (mw) di Batang, Jawa Tengah.

"Sudah banyak yang mulai konstruksi,termasuk Batang. Apabila semua terealisasi dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 6 persen, sampai 2021 Jawa akan kelebihan kapasitas terpasang 5 gigawatt, termasuk Bali," kata Jonan di Kantor Direktorat Jenderal Kementerian ESDM, di Jakarta, Senin (10/4).

Jonan menuturkan akibatnya, pemerintah bersepakat dengan PT PLN Persero mengerjakan transmisi daya arus searah atau high voltage direct current transmission (HVDC) 500 kilovolt (KV) untuk melayani Sumatra-Jawa dimulai pada 2021. 

Jonan mengungkapkan awalnya proyek HVDC ditujukan untuk memasok listrik dari Sumbangsel (Sumatra Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu, dan Bangka Belitung) ke Jawa. "Kita nggak akan setuju penambahan PPA baru (di Jawa) kecuali sudah komitmen, karena pasti lebih," ujarnya. 

Menurut Jonan, dari awal listrik di area Jawa tidak perlu mengalami kelebihan pasokan. Seharusnya kondisi tersebut terjadi di Sumatra dan Kalimantan. Oleh karenanya, jelas Jonan pada Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2017-2026 pemerintah membuat beberapa keputusan.

Ia merincikan apabila sebuah pulau memiliki cadangan energi primer, maka itu yang dioptimalkan. "Kalau istilah PLN least cost. Pemerintah nggak pakai istilah least cost tapi cadangan energi primer yang tersedia sehingga tarif listrik bisa kompetitif," tutur Jonan.

Berikutnya membangun pembangkit listrik mulut tambang di daerah penghasil batubara. Dengan demikian, menurut Jonan akan terjadi efisiensi karena yang dikirim ke daerah lain adalah listriknya, bukan batu bara. Kemudian di daerah penghasil gas juga dibangun pembangkit listrik di kepala sumur (well head). "Itu lebih murah daripada kita bikin yang bukan di kepala sumur," tutur mantan Menteri Perhubungan itu.

Berdasarkan data PLN, dalam draft RUPTL rencana penambahan pembangkit  pada 2015 hingga 2019 untuk Jawa Bali yang dioperatori PLN 4,090 GW, swasta (13,652.3 GW). Berikutnya rencana PLTU mulut tambang  RUPTL 2017-2026 di Sumatra berkapasitas 5390 megawatt, kemudian Kalimantan 1600 MW.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement