Jumat 08 Nov 2019 08:50 WIB

Menhub Ingin Ojol Ikut Mendistribusikan Kebutuhan Pokok

Keterlibatan ojol dalam mendistribusikan kebutuhan pokok relevan untuk digunakan.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
  Pengemudi ojek online melintasi Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Jumat (18/12).  (Republika/Raisan Al Farisi)
Pengemudi ojek online melintasi Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Jumat (18/12). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengharapkan pra pengemudi ojek daring atau online (ojol) bisa mendistribusikan kevutuhan pokok seperti beras hingga gula. Budi mengatakan hal tersebut bertujuan agar barang-barang logistik seperti beras, gula, dan sebagainya dapat terdistribusi secara merata.

"Jadi pulang bekerja, minimal mereka bisa mendistribusikan ke sepuluh tetangganya sehingga dia mendapakan tambahan pendapatan dan distribusi berjalan dengan baik dan juga efisien pergerakannya," kata Budi, Kamis (7/10).

Baca Juga

Dia menilai sistem tersebut bermanfaat untuk membantu dan relevan untuk digunakan. Budi mengapresiasi Grab Indonesia yang saat ini sudah membangun Grab Kios di seluruh Indonesia.

Budi yakin dengan aplikasi tersebut, seluruh dapat memajukan perekonomian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia sehingga warung-warung kecil tetap berkembang. "Ini juga sejalan dengan program tol laut untuk menurunkan disparitas harga di Indonesia," ujar Budi.

Grab Kios saat ini memiliki mitra sebanyak 2,6 juta yang tersebar di 505 kota dan kabupaten Indonesia yang terdiri dari berbagai macam jenis pedagang makanan kecil, warung kelontong hingga agen individu sendiri. Budi menuturkan hal tersebut membuktikan dengan teknologi informasi pun UMKM dapat berkembang semakin maju.  

"Saya ingin apa yang menjadi program pemerintah menjadi visi harga yang murah dan harga terjangkau ini bisa terlaksana," tutur Budi.

Sementara itu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki menilai Grab Kios bisa meningkatkan perekonomian warung-warung kecil dengan teknologi. Sehingga, kata Teten, pedagang kecil dan menengah juga dapat bersaing dengan ritel besar. 

"Sekarang kita perlu aplikasi semacam ini karena sejalan dengan program kami yaitu digitalisasi UMKM, supaya ada peningkatan ekonomi di warung ini," ungkap Teten.

Teten menegaskan sudah saatnya sekarang harus mulai merubah pola pikir tentang perekonomian Indonesia. Menurut Teten, UMKM sangat besar menyerap tenaga kerja bahkan saat krisis juga dapat menjadi baper ekonomi nasional.

Menurut data Kementerian Keuangan, lanjut Teten, jumlah usaha mikro mencapai 62 juta dan warung merupakan dari usaha mikro. Selain itu UMKM sendiri tercatat menyumbang terhadap keseluruhan PDB Indonesia mencapai 46 persen dengan melibatkan sekitar 113 juta orang yang menjadikan sektor UMKM sebagai sumber pendapatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement