Rabu 23 Mar 2011 05:24 WIB

Mengkhawatirkan, Bunga Rendah dan Franc Kuat

REPUBLIKA.CO.ID,JENEWA--Bankir utama bank sentral Swiss, Selasa mengatakan, mata uang Swiss yang kuat ditambah dengan tingkat suku bunga rekor terendah berada di puncak kekhawatiran bank saat ini, sehingga ia juga berjanji untuk menjaga inflasi terkendali. "Ini adalah kebijakan campuran yang kita paling khawatirkan," kata Philipp Hildebrand, Presiden Bank Nasional Swiss (SNB), mengatakan bahwa pihaknya "bersikap sangat berisiko kuat."

SNB menurunkan suku bunga LIBOR tiga bulan menjadi 0,0-0,75 persen pada Maret 2009 dan telah bertahan sejak itu, mengambil langkah ekspansif untuk menopang pertumbuhan selama krisis.

Namun, dengan suku bunga acuan yang sudah hampir nol, bank sentral telah memiliki satu alat yang kurang untuk manuver ketika franc menguat terhadap mata uang utama, membuat ekspor Swiss kurang kompetitif.

Sementara itu, Hildebrand juga berjanji untuk melakukan segala kemungkinan untuk mencegah inflasi di Swiss. "Jika ternyata bahwa pilihan kebijakan moneter ... bersikap dasar

untuk inflasi ke depan di Swiss, perlu untuk mengatakan SNB akan melakukan segala kekuasaannya untuk mencegah masalah seperti itu," kata Hildebrand.

Pada Kamis, SNB mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah pada rekor rendah, tetapi mengisyaratkan kenaikkan suku bunga di kuartal mendatang karena inflasi diperkirakan akan meningkat pada 2012 dan 2013. Bank sentral menaikkan target pertumbuhan menjadi dua persen dari 1,5 persen, meskipun memperingatkan bahwa semakin tinggi harga minyak dan konsekuensi dari gempa dahsyat dan krisis nuklir Jepang masih belum pasti.

Sementara ekspektasi inflasi di Swiss diharapkan tetap stabil, SNB melihat inflasi rata-rata naik dari 0,8 persen pada 2011 menjadi 1,1 persen pada 2012 dan 2,0 persen pada 2013.

"Serangkaian kenaikan pada 2012 dan 2013 menunjukkan bahwa kebijakan moneter ekspansif saat ini tidak dapat dipertahankan tanpa stabilitas harga dalam jangka panjang," kata SNB.

sumber : antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement