Senin 21 Mar 2011 15:59 WIB

Langkah BNI Akuisisi Induk Usaha Bahana Securities tak Mudah

Rep: Citra Listya Rini/ Red: Djibril Muhammad
BNI
Foto: Yogi Ardhi/Republika
BNI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Langkah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) untuk mengakuisi induk usaha PT Bahana Securities, PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI), sepertinya tidaklah mudah. Pasalnya, bank pelat merah tersebut harus melewati beberapa tahapan. Menurut Deputi Bidang Perbankan dan Jasa Keuangan Kementerian BUMN, Parikesit Suprapto, keinginan akuisisi BPUI tersebut masih sebatas wacana BNI. "Keinginan akuisisi BPUI itu cuma wacana BNI saja," ujarnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (21/3).

Dia menambahkan, sejauh ini Kementerian BUMN belum menerima laporan wacana BNI untuk mengakuisisi BPUI tersebut. "Sampai sekarang mereka belum lapor ke kita sebagai pemegang saham," imbuhnya. Parikesit mengutarakan untuk mewujukan mimpi BNI tersebut, baik BNI dan BPUI harus melangsungkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Selain itu, lanjutnya, BPUI juga harus menyampaikan ke Komite Privatisasi untuk mendapatkan restu. Termasuk dari Kementerian BUMN, Menteri Keuangan, dan DPR RI. Parikesit juga menyampaikan, rencana akuisisi ini juga tidak mungkin dapat direalisasikan pada tahun ini. "Jadi masuk RKAP 2012. Lama waktunya," ungkapnya. Untuk itu, Parikesit menambahkan rencana akuisis ini harus disampaikan ke Komite Privatisasi untuk RKAP 2012.

Meyinggung modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) Bahana Securities, ia mengatakan posisinya sudah di batas aman. "Sekarang MKBD Bahana Securities sudah aman," lugasnya.

Sebagaimana diketahui, BNI berkeinginan untuk mengakuisisi salah satu BUMN sekuritas. Direktur Utama BNI Gatot Suwondo menyampaikan, BNI berniat untuk melakukan 'tukar guling' salah satu sekuritas pelat merah tersebut dengan obligasi rekapitulasi senilai Rp 17 triliun. Gatot menuturkan keinginan mengakusisi salah satu sekuritas pelat merah ini sudah tercetus sejak 2008 lalu, hanya saja belum ada tanggapan dari pemerintah.

Sehingga, kini BNI hanya menunggu restu dari Menteri BUMN untuk mewujudkan keinginan tersebut. Menurut Gatot, penukaran obligasi rekapitulasi tersebut akan menguntungkan semua pihak. Pasalnya, utang pemerintah akan berkurang, BUMN bisa lebih ramping, dan BNI akan memiliki nilai yang lebih tinggi karena memiliki anak usaha yang bagus.

Nantinya, jika akusisi tersebut dilakukan dengan diubah menjadi saham di salah satu perusahaan yang punya sinergi dengan BNI, return-nya akan lebih tinggi. Yield obligasi rekapitulasi sangat rendah. "Bunganya masih nol koma berapa persen dengan konversi ini, maka return BNI semakin tinggi," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement