Kamis 17 Mar 2011 17:34 WIB

Gempa Jepang Turunkan Harga Karet Jambi

REPUBLIKA.CO.ID,JAMBI--Gempa Jepang berkekuatan 9 Skala Richter (SR) Jumat (11/3) mengakibatkan penurunan harga karet di Jambi, kata Kabid Perdagangan Dinas Pedagangan dan Koperasi Kabupaten Sarolangun, Asnawi, ketika dihubungi di Sarolangun, Kamis. Menurut dia, selain gempa Jepang krisis politik di Timur Tengah yang mengakibatkan naiknya harga minyak mentah, juga menyebabkan penurunan harga karet. Jepang sebagai salah satu Negara pembeli karet terbesar kini tidak lagi melakukan pemesanan.

Sebelum gempa, harga pembelian karet di Jambi senilai Rp14.000. Kini harga karet per kilogram hanya mencapai Rp6.000. Dua faktor turunnya harga karet tersebut menurut Asnawi juga diakui gabungan pengusaha karet Indonesia. "Saya sudah kontak dengan gabungan pengusaha karet Indonesia, mereka juga akui karena ada krisis politik di Timur Tengah dan Tsunami dan gempa di Jepang. Selain itu Negara Indonesia juga memiliki saingan dari Negara Thailand dan Vietnam," ujar Asnawi.

Sementara, para petani karet di Kabupaten Sarolangun kini mulai mengeluh. Sebab, harga karet di tingkat petani kian hari kian merosot. Harga karet saat ini tak sebanding dengan kebutuhan pokok yang ada saat ini seperti beras, cabai dan lainnya. Sehingga para petani yang pada sebelumnya sempat menikmati hasil jual karet seharga Rp18.000,- tentu saja merasa terkejut dan mengeluh saat menerima hasil sadapan karet mereka untuk saat ini.

Ditambah lagi musim hujan yang terus mengguyur sehingga petani tidak bisa motong karet.

Salah seorang petani karet di daerah Mandiangin, Nusijab mengatakan, harga Rp6.000,- di tingkat petani tidaklah seimbang dengan harga beras. Padahal kebanyakan para petani karet di Sarolangun banyak yang memotong karet milik orang lain sehingga hasilnya dibagi antara pemotong dan pemilik kebun.

Ia mengharapkan, upaya pemerintah daerah untuk membantu para petani karet sehingga para petani karet tidak terlalu rugi. Seperti halnya mengaktifkan pasar lelang karet yang sudah dibangun oleh Pemkab Sarolangun di Kecamatan Pelawan. "Kalau ada pasar lelang otomatis para tengkulang tidak bisa terlalu menekan harga karet. Sehingga para petani karet tidak terlalu rugi kalau menjual di pasar lelang," tambahnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement