Rabu 16 Mar 2011 16:53 WIB

BI Waspadai Pembalikan Modal Pasca-Bencana Jepang

Rep: shally pristine/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bank Indonesia (BI) mewaspadai dampak pembalikan modal (sudden reversal) pasca-bencana di Jepang. Deputi Gubernur BI, Hartadi Agus Sarwono mengatakan, kewaspadaan BI itu karena Jepang membutuhkan biaya pemulihan yang besar. Sehingga, bank sentral Jepang telah mengeluarkan likuiditas dalam jumlah yang banyak pula.

Dia mengakui, ada arus modal keluar ke Jepang dalam sepekan terakhir. Namun, dia tidak bisa menyebutkan besarannya karena belum dihitung dengan spesifik. "Apalagi asuransi itu dananya cukup besar. Itu kemungkinan kan menarik investasi-investasi, dana dari luar termasuk dari Indonesia. Ini yang harus kita waspadai," kata Hartadi kepada wartawan, Rabu (16/3).

Kantor berita AP menulis, potensi pembayaran klaim akibat gempa berkekuatan 8,9 skala Richter yang disusul tsunami pada pekan lalu itu mencapai 60 miliar dolar AS. Mengenai potensi pembalikan modal, Hartadi mengaku tidak punya angka. Dia hanya memberi gambaran bahwa Jepang bukanlah investor utama di sektor finansial.

Menurut dia, umumnya pemodal datang dari Asia Tenggara, Eropa dan Amerika Serikat. "Investor Jepang itu biasanya institutional, tidak punya speculative motive. Sehingga biasanya mereka lebih stabil, tidak volatile," ucapnya.

Diwawancarai terpisah, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, bencana Jepang akan membebani anggaran Negeri Sakura karena mereka harus melakukan pemulihan. Selain itu, insiden ledakan di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di sana juga patut diperhatikan karena berdampak ke kebutuhan energi. "Tapi dampaknya langsung ke Indonesia mungkin tidak besar," ucapnya.

Sejauh ini, Agus percaya bencana ini akan mendorong Jepang meningkatkan produktivitas mereka. Karena, Jepang pun tengah bargulat memperbaiki peringkat utang negara (sovereign rating) karena rasio utang terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB( yang tinggi. "Mereka mesti meyakinkan semua sistem tetap berjalan menghasilkan dana," katanya.

Hartadi berpendapat senada dengan Agus. Untuk perdagangan dan komitmen investasi, dia melihat tidak akan terdampak bencana Jepang secara signifikan. Yang mungkin terpengaruh adalah impor Indonesia dari Jepang yang kebanyakan berupa komponen otomotif. Sedangkan komitmen investasi seperti pembangunan infrastruktur pun sudah disahkan sehingga akan berjalan lancar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement